Drone yang di ciptakan seorang professor dari UGM di beri nama Palapa S-2. Ini tidak memerlukan landas pacu panjang, karena bisa mengudara dan mendarat layaknya helikopter. Drone ciptaan Universitas Gajah Mada ini juga bisa hover atau berhentik di udara.
Setelah melewati penelitian dan berkali-kali uji terbang, drone Palapa S-2 ini siap untuk memasuki produksi massal. Drone Palapa S-2 ini, memiliki kemampuan angkut hingga 8 kg dan mampu terbang nonstop hingga 10 Jam. Jangkauannya, jika menggunakan satelit bisa tak terbatas. Sedangkan drone Palapa S-1 yang lebih kecil mampu mengangkut muatan hingga 1,5 kg dan terbang selama 6 jam.
Baik Palapa S-1 maupun Palapa S-2, meski pada dasarnya di buat untuk kepentingan sipil, baik pemetaan udara, foto udara kawasan bencana. Pemantauan kawasan pertanian dan lainnya,. Namun dapat pula kemudian di gunakan untuk kepentingan militer atau di persenjatai.
Harganya drone ini jauh lebih murah di bandingkan dengan drone buatan asing. Jika drone sejenis buatan asing harganya mencapai 3 Miliar Rupiah atau lebih. Drone buatan UGM ini, di banderol tidak sampai 1 Miliar Rupiah.
“Nilai ke ekonomiannya ini jauh lebih ekonomis. Karena kalua membeli dari luar itu harganya pasti tinggi, karena ada biaya masuk. Itu harganya akan sangat tinggi, dan profit juga di ambil sehingga pesawat sekelas ini, di jual di Indonesia itu sudah 3 Miliar. Tapi pesawat kit aini bisa kita jual di bawah 1 Miliar. Yang kedua, keuntungannya kalau terjadi sesuatu, after sale nya itu kalau dalam negri lebih baik. Misalnya, komponennya kita bisa membeli langsung tidak usah impor.” Jelas Prof. DR. Gesang Nugrogo. S.T., IPM selaku Peneliti Drone UGM.
Prof. Gesang yang sudah menekuni penelitian tentang drone hamper 15 tahun ini. Hari Selasa 21 Mei 2024 menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar Fakultas Teknik UGM. Dengan pidato pengukuhan yang berjudul membangun industry pesawat tanpa awak di Indonesia.
Widi, RBTV.