Memperingati serangan umum 1 Maret, kalangan seniman Yogyakarta menggelar aksi, untuk mengundang 6 Rektor dan 6 Badan Eksekutif Mahasiswa yang berani menyuarakan kebenaran dan menyampaikan penderitaan rakyat kepada penguasa.

Mereka menggambarkan, saat ini banyak yang telah menyampaikan kepada penguasa namun seolah seperti teriakan dari si bisu kepada si dungu. Tak ada satu pun yang bisa dipahami. Padahal, kian hari rakyat kian sengsara dan demokrasi dan bahkan tatanan bernegara semakin diacak-acak oleh penguasa.

Menurut mereka, Yogyakarta yang terdiri dari 3 elemen, Kampung, Kraton dan Rakyat. Rakyat sudah bersuara, bersuara lan Kraton sudah memberikan sinyal namun Kampus khususnya UGM masih belum lantang. Harapannya, UGM segera mengelorakan perjuangannya agar tatanan di negara ini kembali berjalan dengan baik.

“Di Jogja ini, yang Jogja ini terdiri dari Kampung, Kraton, dan Kampus. Kampung bergerak, Kraton sudah memberikan sinyal tapi kampus masih diam, disini kami mencari 6 Rektor pemberani sesuai 6 jam di Jogja. 6 jam di Jogja semangatnya adalah bagaimana mengelorakan bahwa waktu itu TNI masih eksis, Indonesia sudah Merdeka masih ada, ini sama Republik ini masih eksis tapi di acak-acak oleh Bangsa kita sendiri yang dulu reformasi berasal dari sini, di bunderan ini. Tapi hari ini juga Pemerintah itu, negara ini yang merusak kita tau orang-orang dari mana, dan disinilah Kampus ini bisu tidak bersuara sama sekali” Jelas Henry (Koordinator Aksi).

Lokasi yang digunakan untuk aksi ini sengaja dipilih di bundaran UGM. Di tempat ini dahulu menjadi ajang aksi besar untuk menentang kelaliman orde baru, dan saat itu pula kalangan cendekiawan kampus dan mahasiswa sama-sama bergerak bersama rakyat.

Namun disayangkan saat ini kampus hanya diam. Karenanya dicari 6 rektor dan 6 Badan Eksekutif Mahasiswa yang berani memimpin perjuangan.

WIDI RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *