Sumber: goodreads.com
Norman Erikson Pasaribu, seorang penulis muda berbakat, telah muncul sebagai sorotan baru dalam dunia sastra Indonesia. Berkat dedikasinya terhadap sastra kontemporer dan pemahaman mendalamnya tentang isu-isu sosial, Norman telah mengukir namanya di hati para pembaca. Lahir di Jakarta pada 18 Maret 1990, Norman menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), namun minatnya yang mendalam pada sastra telah membawanya pada perjalanan menarik ke dalam dunia tulis-menulis.
Mengintip ke dalam kehidupan pribadinya, Norman memiliki kebiasaan yang unik. Sejak masa kuliah, ia menghabiskan waktu akhir pekannya dengan mencari buku-buku impor bekas. Koleksinya yang mencapai 2000 buku, terutama dalam genre sastra kontemporer, mencerminkan keragaman minat dan pemahamannya yang luas dalam dunia sastra global. Buku-buku karya penulis terkenal seperti pemenang penghargaan Pulitzer, Philip Schultz, dan legenda sastra internasional José Saramago adalah di antara favorit Norman.
Puncak karier menulis Norman dimulai pada akhir tahun 2009 setelah terinspirasi oleh cerpen Linda Christanty yang menyentuh hati yang berjudul “Makan Malam”. Cerpen itu tidak hanya menghadirkan cerita emosional yang menyentuh, tetapi juga mencerminkan pengalaman pribadi Norman dengan ayahnya yang sering tidak ada di rumah karena tugas jurnalistiknya.
Dengan kepekaan sosial yang tajam, Norman telah mengintegrasikan isu-isu kontemporer ke dalam karyanya. Melalui karya-karyanya, ia mengeksplorasi kehidupan komunitas queer dengan perspektif yang mendalam. Karya terkenalnya, “Sergius Mencari Bacchus,” merupakan salah satu contoh penting di mana Norman mampu menghadirkan sudut pandang queer yang mencakup berbagai identitas gender, sambil menyelipkan pesan spiritual Nasrani yang mendalam. Menurut Fajrina Nurin dilansir dari hellosehat.com, queer atau non binary adalah orientasi seksual yang mengidentifikasikan ketertarikan dengan banyak gender.
Inspirasi dari buku “Incarnadine” karya Mary Szybist telah membantu Norman dalam menyusun karyanya dengan cara yang lebih eksploratif dan inovatif. Dengan memutarbalikkan kisah-kisah dari Injil, Norman berhasil menghadirkan sebuah narasi yang tidak hanya menggugah imajinasi, tetapi juga menimbulkan refleksi spiritual yang mendalam. Melalui karya-karyanya yang penuh warna dan kompleksitas, Norman Erikson Pasaribu telah menetapkan dirinya sebagai suara penting dalam kancah sastra kontemporer Indonesia. Dengan keberanian dan kepekaan yang ditunjukkan dalam eksplorasi identitas dan isu-isu sosial, Norman telah menciptakan pijakan baru yang menginspirasi bagi generasi penulis muda di Indonesia.