Sumber: koreanfilm.or.kr
Berdasarkan The Elon Journal of Undergraduate Research in Communication, hallyu atau Korean wave merupakan sebuah ungkapan yang merujuk pada sebuah visabilitas internasional dari kultur atau kebudayaan Korea yang kemudian menjadi populer di belahan dunia lain.
Pesona negeri gingseng ternyata telah merambah ke berbagai negara baik di Asia maupun Eropa. Berdasarkan Journal Critical Studies in Television, hallyu diterjemahkan sebagai Korean wave dimana ungkapan ini merujuk kepada kebudayaan Korea secara universal yang kemudian mendapatkan popularitas besar-besaran di kancah internasional. Korean wave mencakup beberapa aspek diantaranya yaitu acara TV, fashion, musik pop, makanan, lifestyle, dan lain-lain.
Fakta yang mengejutkan mengenai hallyu adalah waktu dimulainya. Sebelum tahun 2000 hallyu sudah merebak ke Asia Timur, Eropa, dan Amerika. Untuk perkembangannya di tanah air sendiri juga sudah dimulai sejak lama akan tetapi belum semasif beberapa tahun belakangan ini. Masyarakat yang terkena Korean wave pun cukup beragam. Mulai dari rentang usia anak-anak sampai dewasa telah mengikuti perkembangan trend Korea. Banyak anak muda yang kemudian menjadi fanboy atau fangirl dari sebuah grup musik Kpop. Selain itu ada juga yang selalu mengikuti dunia pertelevisian Korea yaitu berupa Kdrama. Di Indonesia, Kdrama tak kalah populer jika dibandingkan dengan membludaknya fans Kpop. Berbagai genre yang ditawarkan membuat masyarakat dapat dengan leluasa memilih tema yang mereka sukai.
Sayangnya antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap Kdrama berbanding terbalik dengan Kmovie. Banyak orang yang belum tahu bahwa film Korea juga tak kalah seru dan menarik jika dibandingkan dengan Kdrama. Dengan durasi yang lebih singkat tentu menjadi sebuah kelebihan karena dapat mendukung efisiensi waktu. Berbeda dengan Kdrama yang menampilkan banyak konflik, Kmovie cenderung fokus pada satu masalah saja sehingga alur cerita lebih terarah dan tidak merambat ke mana-mana. Untuk kualitas Kmovie sendiri tidak perlu diragukan lagi mengingat banyak Kmovie yang berhasil menyabet piala pada nominasi Busan International Film Festival tahun 2019. Seperti film Baseball Girl misalnya.
Baseball Girl merupakan film yang rilis pada tahun 2019. Film ini mengangkat isu sosial seperti stigma perempuan dalam masyarakat Korea melalui kacamata feminisme. Dalam film ini terdapat isu sosial seperti adanya pandangan atau stigma masyatakat kepada gender tertentu. Perempuan dianggap tidak mampu dalam mengerjakan beberapa hal karena fisiknya yang lebih kecil dari laki-laki. Hal ini tercermin dalam beberapa adegan dan dialog pada film Baseball Girl di mana saat Joo Soo In ingin menjadi pemain baseball profesional ia mendapat beberapa kritik tentang ukuran tangannya yang kecil serta kondisi fisiknya yang lemah. Sebagai seorang perempuan. Terlebih pada sektor olahraga perempuan merupakan golongan yang dihindari. Terutama pada olahraga baseball. Dalam film ini kita dapat mengetahui bahwa anggota baseball mayoritas adalah laki-laki. Jika ada perempuan yang ikut serta akan mendapatkan pandangan negatf, sinisme, dan underestimate dari teman segroupnya atau bahkan pelatih.
Joo Soo In sebagai seorang perempuan yang seringkali mendapatkan diskriminasi gender sejak sekolah menengah pertama pun memiliki pandangan bahwa dunia tidak memihak perempuan. Namun setelah mendengar langsung dari pelatihnya bahwa kelemahan yang ia miliki bukanlah karena ia terlahir sebagai seorang perempuan, maka Joo Soo In membangun pemikiran yang positif dan berusaha mengupgrade diri dengan berlatih sekuat tenaga dan memanfaatkan kelebihan yang ia miliki. Rupanya di tengah perjuangannya yang tak mudah itu ia mendapat penolakan keras dari sang ibu. Namun ia tetap berusaha dan membuktikan bahwa menjdi seorang perempuan bukanlah kelemahan atau kelebihan.
Joo Soo In dapat menjadi atlet baseball profesional di tim pro liga yang tidak hanya mengejar kecepatan lemparan saja akan tetapi fokus pada usaha agar mendapat kemenangan dengan menerapkan teknik tertentu seperti knuckle ball. Memiliki orang-orang yang suportif di sekitar kita merupakan anugerah yang sangat besar dan digambarkan jelas dalam film ini dimana tokoh Joo Soo In memiliki pelatih, teman seperjuangan, dan ayah yang suportif dan terus mendukung dan percaya pada mimpi yang ia miliki.
Sebagai film yang mengandung niai nilai feminisme dan berhasil menyabet berbagai nominasi, film ini layak untuk ditonton. Terlebih bagi kalian yang sedang bergelut dengan mimpi dan realita. Kalian akan mendapatkan sudut pandang baru dalam memaknai mimpi.
Dari 1-10 berapakah nilai untuk film ini? 8.5. Film yang mendidik, memiliki banyak nilai-nilai kehidupan yang erat dengan realita serta mewakili manusia yang sedang mengalami fase life crisis seperti anak-anak tahun ketiga sekolah menengah atas yang sedang memikirkan masa depan.
Bagaimana tertarik untuk menontonnya di akhir pekan?