Sumber: hot.detik.com
Dea Anugrah, seorang penulis terkemuka era milenial asal Indonesia, telah menciptakan gelombang inspirasi melalui karya-karyanya yang mendalam. Lahir di Pangkalpinang pada 27 Juli 1991, Dea menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Penulis muda ini mengeksplorasi pemikiran-pemikiran yang mencerminkan lingkungan dan pengalaman hidupnya. Sebelum meniti karier dalam dunia sastra, Dea menghadapi tekanan dari orang tuanya untuk bergabung dengan Akademi Kepolisian. Namun, tekadnya membawa Dea ke jalan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri, di mana ia mulai merangkul dunia kepenyairan. Meskipun ilmu yang dipelajarinya tidak secara langsung berkaitan dengan sastra, Dea memahami bahwa semangat kepenyairan dapat tumbuh dari dalam hati seseorang.
Dalam setiap karya tulisnya, Dea membayangkan pembacanya sebagai refleksi dari dirinya sendiri. Dia menyadari bahwa kepuasan pembaca dapat bervariasi, dan kecenderungan pembaca dapat berubah-ubah. Bagi Dea, penulis yang mahir memiliki gaya unik dalam mengungkapkan ide-ide mereka. Dia percaya bahwa sebagian tulisan yang rumit tidak selalu sulit dipahami, namun sebagian besar dari mereka cenderung menjadi ambigu karena kurangnya pemahaman dari penulisnya sendiri.
Kehadiran Dea Anugrah di era milenial membawanya berdampingan dengan sejumlah penyair muda lainnya. Namun, Dea memilih untuk tidak terlibat dalam kompetisi, dan memandang keindahan setiap sajak atau puisi sebagai sesuatu yang relatif. Bagi Dea, kepenyairan adalah ekspresi yang paling otentik, yang bergantung pada individu masing-masing.
Perjalanan Dea Anugrah dalam dunia kepenyairan dipengaruhi oleh beberapa tokoh ekstensialis yang menjadi inspirasinya, terutama Chairil Anwar. Dea aktif berinteraksi dengan sejumlah penyair lokal, terutama yang tergabung dalam angkatan ’45, yang memberikan pandangan baru dalam pemahamannya tentang kepenyairan.
Bagi Dea, Chairil Anwar adalah figur penyair ekstensialis yang menginspirasi perjalanan kreatifnya. Karya-karya Dea Anugrah banyak terinspirasi oleh pengaruh Chairil Anwar, khususnya dalam karya “Misa Arwah” (2019), yang menampilkan nuansa kepemilikan dan tema tentang kematian, sebagaimana tercermin dalam puisi-puisi yang menggugah dari Chairil Anwar.