YOGYAKARTA
Kesibukan buruh gendong di pasar Beringharjo Yogyakarta telah dimulai sejak pagi sebelum matahari terbit.
Mengangkat barang dagangan baik milik pembeli maupun penjual,menjadi tugas sehari-hari para buruh gendong di pasar tradisional ini.
Di hari kemerdekaan HUT RI ke 78, beragam harapan muncul di benak para perempuan buruh gendong.
Salah satunya, Jumini warga Kulonprogo, yang berharap pekerjaannya bisa mendapatkan upah layak.
Jumini, buruh gendong menyatakan ‘’ Saya berangkat dari rumah jam 5, dari rumah di antar anak sampai tujuan terus nyebrang naik bis, kan ini gak langsung bisnya turun di Wirobacan dari Wirobacan menuju ke pasar naik becak. Pulangnya jam setengah empat sore, itu yang gak mesti yang penting itu upahnya layak, kalau 50 kilo itu sepuluh ribu ongkosnya tapi gak mesti terganti nanti pake jasa.’’
Perhatian dan pendampingan terhadap buruh gendong terutama pelatihan untuk pemberdayaan, kerap dilakukan baik lembaga sosial maupun komunitas.
Salah satunya dari yayasan Annisa Swasti atau Yasanti, yang berkegiatan bersama para buruh gendong yang tergabung dalam paguyuban bernama sayuk rukun.
Pendampingan buruh gendong di pasar rakyat oleh Yasanti, meliputi pasar Beringharjo sebanyak 208 buruh, pasar Giwangan 133 orang, pasar gamping 40 orang, dan pasar Kranggan 12 orang buruh, dan paguyuban perempuan pekerja sebanyak 26 orang.
Umi Asih , ketua II Yasanti menyatakan ‘’ Pendampingan yang kami lakukan sejak tahun 1992, kami melakukan ada pertemuan rutin pertemuan pengurus, pertemuan pengurus itu ada evaluasi dan perencanaan bulanan, kalau pertemuan rutin itu ada pemeriksaan kesehatan, ada diskusi kesehatan, ada diskusi ketenagan kerjaan ada agama dan lain-lainnya masih ada beberapa kegiatan yang pasti pemeriksaan kesehatan dan penguatan ekonomi juga terus berjalan.’’
Agung Ristiono, RBTV.