Inilah buku dengan judul ‘Sleman Memang Beda’ yang diluncurkan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip dengan sebuah bedah buku. Peluncuran ini juga sebagai tanggapan atas indeks literasi di Kabupaten Sleman yang masih di bawah kabupaten-kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip, Abu Bakar, mengakui bahwa waktu membaca buku minimal 2 jam sehari harus dibiasakan. Sementara itu, terkait dengan kegiatan bedah buku ini, ia ingin berbagi informasi bahwa banyak hal unik di Kabupaten Sleman.
“Kebiasaan membaca buku minimal 2 jam sehari itu harus kita biasakan. Di sini, kita ingin membedah apa saja yang ada dalam Sleman Memang Beda. Misalnya, Sleman itu tidak punya alun-alun. Di beberapa kecamatan, nama belakang desanya sama, seperti di Ngaglik ada Sariharjo, Sardonoharjo, Sukoharjo, Donoharjo, semuanya pakai ‘Harjo’, kecuali Minomartani. Tapi, di kecamatan Depok dan Gamping, nama-namanya berbeda-beda.” tutur Abu Bakar, Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Sleman
Salah satu narasumber yang hadir dalam bedah buku ini adalah Hanum Salsabiela Rais, yang juga seorang penulis buku. Menurutnya, literasi adalah pilar utama kemajuan peradaban sebuah bangsa. Melihat indeks literasi kabupaten yang ada saat ini, Hanum menyebutkan bahwa masih perlu adanya dorongan agar bisa muncul berbagai gagasan dan ide untuk membangun daerah.
“Menurut saya, literasi itu adalah pilar utama dari kemajuan peradaban sebuah bangsa, dan kalau dalam skala yang lebih kecil, yaitu sebuah daerah. Jadi, dalam hal ini, Sleman memiliki indeks pembangunan manusia yang tinggi, tetapi secara literasi ternyata mereka lebih rendah dibandingkan daerah lain. Ini mungkin perlu di-push karena literasi atau membaca, yaitu literasi apapun, seperti literasi keuangan, literasi teknologi, literasi sains, dan semuanya itu penting. Dengan literasi, kita bisa membangun imajinasi. Dengan imajinasi, kita bisa membangun kreativitas.” ujar Hanum Salsabiela Rais, Penulis Buku
Kegiatan serupa akan diadakan dalam beberapa hari ke depan, di Rich Hotel Yogyakarta.
Widi RBTV