Bantul – Keraton kesultanan Yogyakarta dan Surakarta Kembali mengelar tradisi budaya nguras enceh yang digelar setiap tahunan dan dilakukan pada hari jum’at kliwon lebih tepatnya di bulan suro, nguras enceh dalam Bahasa Indonesia berarti menguras gentong atau tempayan air dalam gentong yang dikososngkan dan akan diganti dengan air yang baru yang di Yakini oleh Masyarakat setempat merupakan air zam – zam dari mekkah.

Tradisi budaya tersebut hingga kini masih tetap di lestarikan oleh Masyarakat di imogiri, Masyarakat setiap tahunnya berantusias mengikuti tradisi budaya uras enceh. Selain untuk menlestaraikan budaya juga sebagai pembawa pesan agar setiap orang selalu mengenal dirinya sendiri dan membersihkan diri dari segala sifat keburukan dalam diri manusia.

Menurut Raden Berdono Rekso Sastro Busani selaku carik Puroloyo tradisis yang di gelar di makam raja – raja mataram imogiri bantul selalu dipadati oleh pengunjung meraka rela berdesakan hanya untuk memperoleh air kurasan enceh yang di Yakini dapat memberikan berkah Kesehatan dan ketentraman.

Di tempat lain sumisih selaku warga mengatakan bahwa ada empat gentong buah tangan hasil lawatan Sultan Agung yang menjadi symbol perdamaian dan persahabatan, biasaya gentong tersebut digunakan untuk tempat air wudhu oleh para raja. Saat ini keempat gentong tersebut diletakan di depan pintu masuk makam Raja Mataram Pajimatan Imogiri Bantul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *