Kirab jamasan pusaka di Sendang Widodaren ini rutin diadakan setiap tahun, tepatnya pada 1 muharrom. Ritual ini juga merupakan ritual adat se peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Pusaka yang berupa payung pusaka dan tombak ini, akan dibersihkan di Sendang Widodaren.
Menurut Saronto, lurah gerbosari, 2 buah pusaka tersebut, diberikan kepada desa wisata gerbosari, atas komitmen dalam pengembangan desa wisata tersebut. Sehingga atas pemberian pusaka itulah, lahir sebuah upacara adat jamasan pusaka, sebagai rasa syukur oleh warga gerbosari.

” Dengan upacara jamasan pusaka meniko semakin menjadi upacara adat untuk di gerbosari dan kami pemerintahan kelurahan juga mensupport untuk kegiat meniko, jadi pun untuk wisata suroloyo itu yang mengelola adalah dinas pariwisata, jadi untuk upacara adatnya meniko emang yang mensupport adalah kelurahan gerbosari “. Ungkap Saronto, Lurah Gerbosari.
Tradisi yang sudah berjalan selama puluhan tahun ini, juga medatangkan keberkahan bagi warga gerbosari, yang mayoritas merupakan berprofesi sebagai pedagang. Animo masyarakat dan wisatawan saat ritual ini berlangsung, ikut meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.
” Banyak yang berdagang berjualan makanan dan lain-lain. Tentu itu akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat meskipun itu event tahunan”. Ungkap Dwi Eko Purwanto, Dukuh Keceme.
Setelah prosesi jamasan pusaka selesai, warga dan wisatawan mengambil air bekas jamasan secara tertib, dilanjutkan dengan sedekah gunungan, yang telah diarak mengelilingi kalurahan gerbosari. Dipercaya rangkaian kegiatan tersebut, dapat mendatangkan berkah, dan keselamatan.
” Memperingati 1 muharrom terus cari keberkahan, mengambil air sendang widodaren buat awet muda, airnya buat cuci muka ya apa lah “. Ungkap Tri Sulasti, Wisatawan.
Bagas, RBTV.