Tahun ini, tradisi malam selikuran kraton Surakarta di pimpin langsung oleh raja Pakubuwono ketiga belas. Keraton menggelar kirab dari Siti Hinggil, menuju Sriwedari melewati jalan Slamet Riyadi.

Tradisi malam selikuran ini, sudah ada sejak Pakubuwono keempat bertahta. Dalam tradisi ini, keraton menggelar kirab dengan membawa lampu ting, atau lampu tradisional Jawa.

Lampu ting bermakna terang seribu bulan, selain lampu ting  rombongan membawa ancak cantaka  atau wadah wadah berisi  tumpeng sewu, atau tumpeng seribu.

Setibanya di Sriwedari, pihak kraton dan masyarakat berdoa bersama. Warga pun kemudian  menyantap tumpeng sewu bersama-sama.

“di dalam lampion itu, karena dulu di sekitar kraton ada yang belum pakai lampion, sehingga di buatkan lampion. Untuk kirab dan malam seribu bulan, yang artinya malam yang penuh berkah, sesuai dengan makna lailatulqadar”. Ujar KPGH Dipokusumo, pengageng parentah kraton Surakarta.

Tumpeng sewu berisi nasi gurih, lengkap dengan lauk telur puyuh dan kedelai hitam. Dalam tradisi ini, tumpeng seribu memiliki makna rasa syukur kepada Tuhan.

Rizki Budi Pratama, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *