Pergantian dari musim hujan ke musim kemarau disertai dengan cuaca ekstrim, berdampak pada hasil tangkapan ikan di laut. Sejumlah nelayan mengaku, ikan yang berhasil mereka tangkap mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir.
Saat ini sebenarnya sedang musim ikan bawal yang memiliki harga cukup tinggi, baik untuk pasar lokal maupun ekspor.
Menurut Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pengelolaan Pelelangan Ikan, Raden Wakhid Purwosubiyantara. Kondisi ini mempengaruhi perekonomian nelayan Kulon Progo. Sehingga harus mencari pekerjaan lain dikala tidak memungkinkan untuk melaut.
“Pada saat badai sebenarnya bawal nilai kompetensi cukup tinggi, namun itu hanya beberapa hari, sekarang sudah mulai naik lagi. Untuk nelayan wilayah Kulonprogo masih nelayan sampingan, belum nelayan utama. Yang utamanya adalah banyak di pertanian, di beberapa wilayah. Biasanya kalau nilai ekonominya sangat tinggi mereka akan melaut,” ujar Raden Wakhid Purwosubiyantara, Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pengelolaan Pelelangan Ikan.
Di prediksi, musim kemarau jatuh pada bulan Mei-Agustus. Menurut Ketua Kelompok Nelayan Pantai Congot. Dalam bulan-bulan musim kemarau, nelayan mengaku menganggur karena hasil tangkapan yang kecil. Sehingga nelayan harus memutar otak untuk mencari pekerjaan lain.
“Biasanya kalau musim kemarau seperti saat ini, akan ke pertanian, kemudian yang biasanya mencari ikan di sungai akan mencari ikan di sungai. Kadang-kadang juga kerja apapun atau serabutan. Selain melaut, ke darat kita ya serabutan mencari pekerjaan lain,” ujar Bambang Sutrisno, Ketua Kelompok Nelayan Pantai Congot.
Bagas, RBTV.