Indonesia Space Science Society, bersama dengan Institut Pertanian Bandung dan Universitas Agung Podomoro, meluncurkan projek space food, makanan berbasis luar angkasa yang berbahan dasar fungi atau jamur, menjadi berbagai macam olahan seperti minuman, kudapan, selai, dan lain-lain. Projek tersebut di beri nama vmars.
Menurut Nina Lestari, researcher projek vmars, jamur memiliki potensi yang cukup besar. Bagaimana tidak, jamur merupakan spesies terbesar di bumi. Jumlahnya pun juga tidak main-main, kebanyakan jamur juga dapat di makan dan dapat di kembang biakkan di berbagai media tanam. Potensi itulah yang menjadi pertimbangan projek vmars ini.
“kenapa jamur, karena jamur ini potensinya cukup besar. Terutama jamur adalah spesies paling banyak di muka bumi, bahkan lebih banyak dari manusia, binatang dan tumbuhan. Dan saking banyaknya, ada yang bisa di makan, dan selain itu mereka bisa tumbuh secara cepat, masif dan bisa di berbagai medan”. Ujar Nina Lestari, Researcher Projek Vmars.
Menurut Venza Christ, Direktur Indonesia Space Science Society, output produk dari vmars ini sudah melewati beberapa pameran di berbagai negara Eropa, dalam rangka mensosialisasikan produk vmars ini sehingga menarik audiensi, sebagai pengembangan makanan antariksa atau space food.
“sebenarnya kami sudah mengadakan pameran di beberapa negara, di Asia dan Eropa. Di Amerika mungkin tahun depan. Jadi untuk sosialisasi dan audiensinya jalurnya kita memerluhkan presentasi dan pameran tentang space science society ini”. Ujar Venza Christ, Direktur ISSS.
Bagas, RBTV.