Ya, inilah pementasan wayang sampah oleh komunitas wayang sampah atau wangsa, di sanggar seni di Jaten, Karanganyar. Tak hanya wayangnya, namun juga alat musik serta sarana pementasan lainnya, hampir seluruhnya terbuat dari bahan sampah.
Uniknya lagi, wayang yang terbuat dari sampah ini justru di pentaskan dengan lakon-lakon, yang tak jauh dari pesan pengelolaan dan pemanfaatan sampah.
Adalah Muhammad Suthoni, atau yang akrab dipanggil Toni Konde mendirikan komunitas ini, bersama rekan-rekannya pada 2014 silam. Mereka aktif menggelar pentas dari satu daerah ke daerah lain.
Di tanya soal awal mula wayang sampah, Toni mengatakan ide brilian ini di mulai sejak dirinya aktif di organisasi peduli lingkungan. Mereka memilih wayang, lantaran media ini begitu di kenal terutama masyarakat Jawa.
“Dulu saya aktif di organisasi peduli lingkungan, dan melihat masalah-masalah yang ada di sekitar terutama masalah lingkungan sampah plastik. Jadi saya bertemu teman-teman semua dan mencoba untuk memodifikasi sampah-sampah plastik ini untuk menjadi wayang yang di gunakan sampahnya. Saya memilih wayang itu karena di Jawa sangat popular jadi saya berpikir masyarakat bisa lebih mudah untuk menangkap ceritanya terutama yang berisi tentang pesan-pesan”. Ujar Toni Konde, pendiri wangsa.
Cerita dalam pementasan wayang sampah di kemas dengan jenaka, menghibur, namun sarat makna. Nama-nama karakter wayang pun dekat dengan masyarakat seperti mbah Wongso, Gimbal, pak Somat, pak Lurah dan lainnya.
Hingga ini Toni dan kawan-kawan terus berjuang, agar masyarakat semakin peduli dengan lingkungan mereka. Sungguh misi besar, nan mulia mas Toni.
Rizki Budi Pratama, RBTV.