Resah dengan kemunduran demokrasi Indonesia yang tampak nyata, karena kepentingan sekelompok orang dan golongan, sivitas akademika departemen politik dan pemerintahan mengajak dua dosen mereka kembali ke kampus.
Mereka mengaku sedih karena dosen senior yang mereka hormati, profesor Pratikno dan Ari G Dwipayana, sampai saat ini masih berada di tengah pusaran kemunduran demokrasi.
“kepada pak Pratikno dan mas Ari G Dwipayana, guru-guru kami di dapertemen politik dan pemerintahan Fisipol UGM. Izinkan kami menuliskan surat ini untuk menyampaikan rasa cinta sekaligus kecewa. Rasanya baru kemarin, kami mendengar ceramah pak Tik dan mas Ari di kelas mengenai demokrasi. Kami di yakinkan bahwa demokrasi merupakan sebuah berkah, yang harus kita jaga selalu keberlangsungannya. Bagaimana tidak, Indonesia telah bertransformasi dari salah satu simbol otoritarianisme terbesar di dunia. Menjadi salah satu negara demokrasi paling dinamis di asia.
Transisi ini di tandai oleh beberapa hal, mulai dari penarikan angkatan bersenjata dari politik, liberalisasi sistem kepartaian, pemilu yang jurdil, kebebasan berbicara, kebebasan pers, serta hal-hal lainnya. Semua itu tidaklah mudah di lakukan di negara, dan masyarakat majemuk. Yang pada saat itu sedang berjuang untuk pulih dari dampak krisis keuangan. Karena itu, semuanya patut kita syukuri namun sayangnya lebih dari 20 tahun sejak datangnya berkah tersebut, demokrasi Indonesia justru mengalami kemunduran. Melihat situasi perpolitikan Indonesia saat ini, rasanya kami semakin resah sama seperti mas Ari yang khawatir dengan harga tinggi demokrasi. Atau seperti pak Tik yang resah dengan otoritarianisme orde baru seperti yang di sampaikan dalam beberapa tulisan di masa lalu”. Ujar Rubiyansyah, mahasiswa departemen politik dan pemerintahan fisipol UGM.
Ajakan kembali ke kampus dan kembali menjadi ilmuwan yang di hormati, juga di sampaikan dosen dan alumni departemen politik dan pemerintahan.
“rasa rindu yang abstrak, rasa rindunya orang-orang yang berhak merindukan. Rasa rindu mahasiswa dan seluruh sivitas akademika dapertemen politik pemerintahan pada guru-gurunya, pada rekan-rekannya, yang belakangan malah sering di uyok dalam persoalan politik Indonesia. Di anggap sebagai bagian yang berada di tengah inti permasalahan. Saya rasa ajakan dari mahasiswa tadi, adalah ajakan yang perluh di dengar. Ajakan untuk pulang ke kampus itu adalah ajakan untuk Kembali kepada martabat sebagai akademis”. Ujar dr. Abdul Gaffar Karim, dosen departemen Politik dan pemerintahan fisipol UGM.
“saya berpesan saja bahwa, tugas kita semua adalah sebagai sivitas akademika menjaga kebebasan akademik. Itulah fungsi kita untuk melakukan fungsi-fungsi kontrol terhadap kekuasaan. Kita perlu lagi kembali untuk mengaktivasi fungsi-fungsi itu sebagai bagian dari tangungjawab moral kita dari sivitas akademika”. Sambung Fatih Gama Abisono Nasution, alumni departemen Politik dan pemerintahan fisipol UGM.
Sivitas akademika departemen politik dan pemerintahan fisipol UGM ini, kemudian mengingatkan ajaran keduanya tentang intelektual jalan ketiga.
Widi, RBTV.