Inilah ekspresi sejumlah peserta yang semuanya anak muda, saat membaca 200 cerita fiksi mini. Dengan semangat mereka mencoba mengolah setiap kata, menjadi tutur dan sekaligus berperan langsung menjadi tokoh yang dimaksud di dalam cerita tersebut.
Serena, salah satu peserta kegiatan ini mengaku, dua cerita yang dibacakannya dari tata bahasa dan alur cerita sangat menarik. Dirinya berharap pemuda semakin tertarik dengan membaca untuk meningkatkan literasi di Indonesia.
Serena, Peserta menyebutkan “Fiksi Mini yang pertama berjudul, Perempuan Penghuni Jembatan, yang kedua Yakung, keduanya menarik menurutku dari segi bahasa aja, terus dari alur cerita juga menarik, walaupun singkat tapi kita tetap asyik membacanya. Tetap paham isinya, terus pilihan katanya juga bagus. Semoga para pemuda-pemudi di Indonesia semakin rajin membaca, terutama karya Fiksi Mini ini dan membaca karya sastra lainnya untuk meningkatkan literasi di Indonesia.”
Kegiatan yang diadakan di Museum Sandi Kotabaru Yogyakarta ini, mendapat antusiasme dari peserta yang luar biasa. M Lusiana BM, salah satu penulis buku morse dan manager pertunjukan menyampaikan, kegiatan ini membuktikan bahwa para pemuda juga tertarik dengan dunia literasi. Jika diawal pendaftaran hanya dibuka untuk 100 pemuda, namun ternyata hingga batas pendaftaran jumlah peserta melonjak drastis.
M Lusiana BM, Penulis Morse dan Manager Pertunjukan menjelaskan “Untuk membuktikan bahwa mudah itu peduli literasi dan mereka ternyata sangat antusias untuk mengikuti acara ini. Dari 100 peserta yang kita targetkan ternyata melampaui sampai 121, itupun karena sudah tutup tanggalnya sehingga tidak bertambah lagi. Dan ini memberikan pandangan baru bagi perempuan bertutur, kami banyak usia di atas 30 dan 35. Ternyata anak-anak muda mampu kita tertarik untuk berliterasi.”
Ketua Komunitas Perempuan Bertutur, Sri Yuliati menerangkan “Dan itu memotivasi kami perempuan bertutur untuk membuka ruang, khusus bagi pemuda-pemuda terutama pelajar, itu untuk berliterasi dengan membuat karya Fiksi Mini. Karena memang komunitas perempuan bertutur sudah mengambil sikap, memilih untuk berkarya dengan genre Fiksi Mini.”
Melalui kegiatan ini, Kepala Museum Sandi Yogyakarta, Setyo Budi Prabowo sangat menyambut baik, karena karya tulis berupa cerita fiksi tidak hanya dibaca di kamar, namun juga dapat diekspresikan menjadi pertunjukan yang menarik. Selain itu juga menambah semangat bela negara dan kebangsaan para pemuda.
Kepala Museum Sandi Yogyakarta, Setyo Budi Prabowo menyampaikan “ Harapan kami kepada para pembaca dan juga para pendengar fiksi mini karena ini bertepatan dengan hari sumpah pemuda, maka jiwa merah putih harus tetap ada di dalam diri para pelajar dan juga pemuda Indonesia, sehingga karya sastra ini bisa terejawantahkan dalam semangat para pemuda yang hadir pada saat ini.”
Widi, RBTV.
