BANTUL-Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Sugeng Purwanto, menyampaikan program Jaminan Pangan Masyarakat (Jampangmas) bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, bekerja sama dengan lintas sektor termasuk lembaga-lembaga swasta di luar pemerintahan. Sesuai dengan namanya, maka fokus komoditas pangan meliputi beras dan lainnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Sugeng Purwanto, menjelaskan “Karena pintu masuknya itu pangan, jadi yang utama adalah padi, kemudian palawija. Kemudian pangan-pangan yang lain karena kalau kita menyebut pangan, kalau pangan pokok ya beras, kalau pangan diversifikasi biasanya palawija. Tapi kalau bicara pangan secara menyeluruh ya semua sub-sektor yang menghasilkan pangan termasuk dari buah, dari ternak, dari sayur, dari hasil perkebunan, semua kan itu juga pangan. Artinya kalau Jampangmas memang lebih khusus pada bagaimana penyediaan atau jaminan pangan dalam bentuk pangan pokok.”

Pada kesempatan yang sama, TO Suprapto dari Joglo Tani Indonesia menjelaskan, program Jampangmas diinisiasi olehnya untuk menciptakan pangan di masyarakat dengan aktif produktif. Harapannya, nantinya menjadi daulat pangan sehingga masyarakat dapat berproduksi dari hulu hingga hilir.

“Untuk selanjutnya nanti harapannya, kita Jamapangmas ini akan meningkat menjadi daulat pangan. Ini sudah aktif, produktif, kreatif, inovatif. Sehingga di situ, masyarakat petani itu bisa berbudi daya secara hulu sampai dengan hilir, dikelola secara bersama-sama. Sehingga akan menjadi jaminan pangan dan inilah nanti yang akan menyambungkan dari masyarakat podusen kepada masyarakat konsumen, di mana tengah-tengahnya ini ada pemerintah daerah atau pemerintah desa yang notabenenya adalah Badan Usaha Milik Desa bekerja sama dengan poktani dan semua dari pada stakeholder. Sehingga di situ, semua holopis kuntul baris, Jampangmas menjadi sebuah program untuk menuju kepada daulat pangan,” ucap TO Suprapto , Joglo Tani Indonesia.

Potensi pangan di masyarakat sebenarnya cukup tinggi, namun tidak dimaksimalkan dengan baik. Hal ini ditambahkan oleh Direktur Yayasan Truka Jaya, Sri Rahayu Ambarwati. Ketergantungan dengan produk luar terjadi hampir menyeluruh di seluruh wilayah. Di wilayah Triharjo ini pihaknya juga akan mendampingi warga dalam memanfaatkan lingkungan yang ada di masyarakat.

Direktur Yayasan Truka Jaya, Sri Rahayu Ambarwati, mengatakan “Jadi kalau kami itu sebenarnya bagaimana memberdayakan masyarakat itu sendiri. Jadi kami mendampingi bagaimana mereka mengolah lahan perkarangan mereka sendiri. Jadi seperti selalu yang disampaikan Pak TO juga kepada kita dan kita sering sharing itu, mencoba men-treatment mereka dengan istilah ‘Nandur opo sing dipangan, pangan opo sing ditandur’ seperti itu. Jadi, bagaimana memberdayakan mereka sendiri, terutama bagaimana mengusahakan mereka tidak tergantung dengan luar juga. Jadi, produk-produk lokal yang kami utamakan.”

Produksi padi di Triharjo sendiri tercatat masih surplus. Total ada 225 hektar lahan pertanian yang ada di Triharjo. Dalam setahun petani di sini bisa panen lebih kurang tiga kali, dengan hasil panen sekitar 10,6 ton per hektar.
Pada expo UMKM Triharjo ini diikuti oleh 10 padukuhan , dengan melibatkan kelompok wanita tani, para pelaku UMKM, sekolah dasar hingga seluruh elemen masyarakat Triharjo.

Tim Kabar Jogja RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *