Di tengah hingar bingar perkembangan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari, kemunculan tokoh-tokoh kreatif di era milenial seringkali menjadi sorotan. Salah satunya adalah Bernard Batubara, yang lebih dikenal dengan nama Bara, seorang sastrawan melankolis yang mampu mengukir karya-karya indah dari medan kesendirian dan refleksi jiwa.

Lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada 9 Juli 1989, Bara tidak hanya mengikuti jejak kepenulisan yang penuh warna, namun juga membawa semangat kreativitas yang menginspirasi generasi muda. Dengan latar belakang pendidikan di jurusan informatika dari Universitas Islam Indonesia, Bara memulai perjalanan menulisnya pada pertengahan tahun 2007. Langkah pertamanya adalah mengirimkan tulisan-tulisannya ke surat kabar lokal, media nasional, dan majalah budaya, serta berkolaborasi dalam antologi bersama penulis lain.

Pengenalan akan potensi kreativitasnya tidak terlepas dari pemahaman Bara terhadap makna kreativitas itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 456), kreatif diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan atau daya cipta. Namun, bagi Bara, kreativitas merupakan cara untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu, menyatukan hubungan antara diri sendiri, alam, dan orang lain, sebagaimana yang dikemukakan oleh Clark Monstakis (dalam Munandar: 1995).

Dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh Kalya Risangdaru, Bara berbagi pemikirannya tentang alasan di balik tulisan-tulisannya, keputusannya memilih sastra, dan proses kreatif yang menghantarkannya pada karya-karya berkesan. Dengan kepekaan yang luar biasa terhadap memori, Bara meresapi setiap nuansa cinta, luka, dan kekerasan yang membentuk bagian integral dari tema-tema utama dalam karya-karyanya. Melalui refleksi masa kecilnya, Bara menemukan corak kekerasan kolektif yang menjadi Metafora Padma yang khas.

Di balik kepribadiannya yang cenderung melankolis, Bara adalah seorang pemimpi. Imajinasinya yang cemerlang membawa hadir sesuatu yang belum ada atau perlu ada, mendorongnya untuk bergerak dengan naluri yang penuh insting. Imajinasi yang pada awalnya bersifat praktis dan tersembunyi, kemudian bertransformasi menjadi sumber inspirasi yang terus mengalir. Bagi Bara, inspirasi adalah hasil dari ketekunan manusia dalam berfikir, yang senantiasa bergerak tanpa henti mengarungi lautan pemikiran.

Dengan segala karyanya yang memikat hati, Bara tidak hanya menjadi pelopor bagi generasi muda yang ingin mengeksplorasi dunia sastra, tetapi juga mengajak setiap individu untuk menjelajahi kepekaan emosional dan mencerahkan kegelapan dengan cahaya kata-kata yang penuh makna. Melalui pemahaman mendalam tentang kreativitas, memori, dan imajinasi, Bernard Batubara, sang sastrawan melankolis, telah membuka jendela menuju dunia yang penuh warna bagi siapa pun yang bersedia melangkah di dalamnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *