

Masyarakat di sejumlah wilayah masih memanfaatkan akhir pekan, khususnya hari Minggu, untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan peringatan hari Kemerdekaan Ke-78 Republik Indonesia. Seperti yang diselenggarakan oleh Kalurahan Temon Kulon, Kabupaten Kulonprogo belum lama ini.
Peserta dengan berbagai kreasi menampilkan sejumlah karakter yang mencerminkan persatuan dan kesatuan yang diperankan oleh warga. Berbagai kostum mulai dari keagamaan hingga berbagai profesi coba ditampilkan di depan para juri saat awal pemberangkatan karnaval ini.
Peserta dari kelompok Disabilitas Psikososial ikut memeriahkan karnaval ini. Kelompok ini menggunakan seragam SHG Sugeng Jiwa yang menjadi ikon khas kelompok swabantu Sugeng Jiwa.
Menurut Aris Munandar, Community Organizer Proyek Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat, Pusat Rehabilitasi YAKKUM, kelompok swabantu Sugeng Jiwa hari ini dilibatkan festival karnaval inklusi tingkat desa. Ini menjadi kesempatan yang bagus, karena kalurahan memfasilitasi supaya kelompok swabantu dikenal dan diakui secara formal.
Aris Munandar, Community Organizer Proyek Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat Menyatakan “Yang pertama, YAKKUM bekerja sama dengan pemerintahan Kelurahan Temon Kulon, berkaitan soal pemberian akses serta kesempatan yang sama. Terutama bagi kelompok swabantu yang di dalamnya ada orang dengan disabilitas psikososial, keluarga, dan kader kesehatan jiwa, yang mungkin selama ini secara luas itu masih terabaikan, kemudian tidak dilibatkan di kegiatan masyarakat apalagi kegiatan formal seperti ini kesempatan yang bagus. Terlebih desa juga memberikan kesempatan bahwa Kelompok swabantu ini berada di urutan yang ke-3, yang tepat setelah pemerintah kalurahannya. Dengan ini kelompok swabantu, bisa diakui secara formal maupun di masyarakat kemudian yang menjadi sesuatu bentuk dukungan sosial serta penerimaan masyarakat terhadap teman-teman disabilitas psikososial.”
Sementara itu Ari Sasongko Putra, Lurah Kalurahan Temon Kulon Kabupaten Kulonprogo menjelaskan, kegiatan ini melibatkan semua aspek di masyarakat, termasuk SHG Sugeng Jiwa. Harapannya SHG dikenal oleh masyarakat. Pihaknya juga telah memfasilitasi penggunaan lahan untuk pertanian SHG Sugeng Jiwa, termasuk anggaran meskipun masih terbatas.
Ari Sasongko Putra, Lurah Kalurahan Temon Kulon Menyatakan “Karnaval ini kita mengusung Harmonisnya Temon Kulon, jadi semua lembaga kita ikutkan semuanya, termasuk dari yang baru SHG Sugeng Jiwa dengan tujuan kita saling kerukunan bersama untuk mencari kebahagiaan bersama itu saja, intinya kita selalu gotong royong bersama. Dan kita dukungan dari SHG kita memberikan fasilitas juga terhadap SHG Sugeng Jiwa, termasuk kita juga memberikan tanah sawah untuk di garap oleh SHG, supaya menambah khas dari SHG itu sendiri dengan tidak membayar atau dengan gratis.”
Peserta dari swabantu Sugeng Jiwa juga mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini mengaku sangat senang. Hal ini menjadi dukungan dari pemerintah kalurahan sehingga masyarakat tidak asing dengan keberadaan mereka.
Desty, Perwakilan Kelompok Swabantu Sugeng Jiwa Menyatakan “Menyenangkan, karena ODDP ikut terlibat kegiatan desa. Kedepan semoga desa tetap mendukung kegiatan-kegiatan kami di SHG Sugeng Jiwa dan kami bisa tetap menyampaikan pesan positif keseluruh masyarakat terutama di Temon Kulon ini, bahwa ODDP itu juga bisa ambil bagian dalam peran-peran sosial di dalam masyarakat.”
Festival karnaval ini sekaligus menjadi bagian dalam mengkampanyekan keberagaman masyarakat Kalurahan Temon Kulon. Melalui pendampingan Pusat Rehabilitasi YAKKUM dan dukungan kuat dari pemerintah Kalurahan Temon Kulon, stigma masyarakat terhadap Difabel Psikososial semakin menurun. Masyarakat luas juga semakin memahami tentang pentingnya kesehatan jiwa.
Widi, RBTV.