Ketua RW 20 Kampung Danunegaran Kelurahan Mantrijeron, Tuti Riwayati menyampaikan bahwa awal mula mengajak warga untuk membuang sampah organiknya ke dalam Biopori tidaklah mudah, karena keengganan warga yang memilah sampah. Namun seiring berjalannya waktu warga banyak yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Untuk membuang sampah warga bisa dilakukan 3 kali dalam seminggu, dan hasilnya dalam satu bulan bisa mengurangi 100 kilogram sampah.


Tuti Riwayati, ketua RW 20 menyatakan “Kalok dari data yang ada di kami, kami memang tiap satu minggu ini kan ada 3 kali pelaksanaan, hari senin, hari rabu sama hari jumat. Dari situ diakumulasi 1 bulannya itu lebih dari 100 kg seperti itu, jadi kalok sampek dengan saat ini, dari awal sampek dengan saat ini bisa lebih daris 800 kg nggih.”
Sementara fasilitator Kelurahan Mantrijeron, Apri menyampaikan bahwa di RW 20 Kampung Danunegaran sudah melaksanakan program yang disampaikan oleh Pemkot yaitu Mbah Dirjo, melalui biopori dan juga ember tumpuk untuk mengurangi keberadaan sampah organik yang di buang.


Fasilitator Kelurahan Mantrijeron, Apri menyatakan “Kegiatan ini maka akan terus berlanjut, apalagi ini bu Tutik sudah ini istilahnya sudah sejalan dengan gerakan Mbah Dirjo ya, Mbah Dirjo resik ya ada di Yogyakarta. Ini selain biopori jumbo pun beliau sudah ada ember tumpuk dan sudah ada segala macam. Harapan saya untuk bank sampah bank sampah lain, untuk rw rw yang lain sejalan dengan gerakan Mbah Dirjo resik untuk memanfaatkan apa yang ada dirumah untuk dijadikan alat pengolahan sampah organik.”


Rinamaulita RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *