Berjalan di gang sempit, menuju tempat pembuatan Ledre, bau harum sudah tercium. Ya, itu adalah aroma bakaran ketan, bahan dasar pembuatan jajanan ledre.
Aroma bertambah sedap, tatkala pisang raja yang dihaluskan, bertemu ketan separuh matang. Dan, hanya butuh beberapa detik saja, Ledre Laweyan siap disantap.
Pemilik usaha Ledre Laweyan, meneruskan usaha ini, sejak pertama kali didirikan oleh ibundanya. adalah Susilo yang kini, terus berinovasi dan berkolaborasi, agar ledre semakin dikenal masyarakat.
Susilo, Owner Ledre Laweyan menyatakan “Itu seperti yang bau khas mbak e itu ya, kan ketan di kom dulu to berapa jam itu to, terus di rambat terus di tambah air niran jawa, terus nanti di dang sama kelapa sampek sekitar 1 ½ jam – 3 jam, nanti kalok matengnya bareng baru dicampur ditempat terus sedikit di uleni, kita pakek wajan seperti ini, wajan bakar begini. Terus kita tipiskan berbetuk lingkaran setelah itu kita kasih pisang, pisang yang sudah yang sudah dilembitkan, pisang raja yang sudah dilembutkan seperti ini, dulu kita pernah blender tapi manisnya berkurang jadi kita beri garpu seperti ini. Pisang rajakan terkenal manis, paling manis walaupun kena panas dia tetep manis, kalok pisang lain tu manis di luar nanti setelah kena panas manisnya berkurang, kalok pisang raja gak. Kan untuk vacum suhu normal kan tahannya cuman 24 jam ya, kalok vacum kayak gini di gril ini lebih lama kan ada 2, ni vacum biasa cuman 2 – 3 hari, kalok difiser seperti ini hamper 1 minggu lah gpp, ini untuk pengiriman luar kota luar pulau bisa. Kan kita sebernya di solia itu hotel baru ya, hotel baru manajemennya hotel solia mungkin mau mengembangkan UMKM disekitar hotel solia juga, setiap UMKM di Laweyan itu dipanggil sana untuk mengembangkan makan pagi, makan pagi atau breakfeast ya untuk hotel. Itu juga kita sangat berinovasi sekali ya, karna tamunya kan bukan dari solo, pasti dari luar solo. Otomatis kalok kita, orang orang pada tau hotel ini ada Ledre, kita sajikan sekaligus kita promosi untuk orang luar kota biar tau makanan khas di laweyan itu ada Ledre.”
Susilo mampu menyediakan, ratusan ledre hangat setiap harinya.
Meski harus masuk gang gang, di kampung wisata Batik Laweyan, nyatanya banyak penggemar, yang juga menyempatkan datang.
Indah Lestari, Penikmat Ledre menyatakan “Ini gurih enak terus saya suka, apalagi dikasih pisangnya. Jaman dulu gak dikasih yo, sekarang dikasih pisang lebih lebih enak.”
Yuni Wahyu Puspita, Penikmat Ledre menyatakan “Sering sekali karna saya suka, karna makanan lama sejak ibuk saya dulu. Jaman dulu 2, jadi ledre telur namanya ledre endog sama ledre pisang. Saya senang karna jaman sekarang tidak ada makanan seperti itu, kalok ada seperti kerak telor di Jakarta ya, cuman ini rasanya agak beda karna bahan dasarnya dari pisang jadi manis terus yang dari telur itu asin gurih ”
Penganan tradisional ini, dapat anda nikmati, dengan hanya merogoh kocek, 3.000 rupiah saja. Bila anda lagi di Solo, atau berencana jalan jalan ke Kota Bengawan, ledre bisa menjadi alternatif oleh-oleh, untuk keluarga di rumah.
Rizki Budi Pratama, RBTV