Kain bermotif goni, mungkin banyak di pasaran. Namun, Septi Kandhimas lebih memilih, limbah karung goni asli, untuk membuat produk-produk cantik ini.
Di workshopnya, di kelurahan Mojosongo, kota Solo, Jawa Tengah, kain goni bekas, Septi ubah menjadi, barang bernilai seni. Produk-produk itu, antara lain produk tas, sepatu, hingga payung.
Pengerjaannya pun, bisa memakan waktu berhari hari. Namun semua terbayarkan, lantaran Septi mampu menghasilkan,produk-produk berkelas.
Septi Kandimas, Owner Etnic-k menyatakan ” kenapa goni? ya goni itu prodak turunan saya tidak mengatakan itu limbah, prodak turunan yang berdampak pada lingkungan, alasan kenapa saya memilih goni karena satu masih belum banyak goni yang dijadikan prodak-prodak yang inovatif seperti teknik kain Indonesia ini. yang kedua, kita yang pasti dengan goni kita bisa menghasilkan prodak-prodak supaya tidak berdampak pada lingkungan. kemudian yang ketiga, kita pengen limbah ini tidak hanya sekedar limbah kemudian dibuang, jadi kita pengen si limbah ini menaikan image si goni ini prodak turunan ini menjadi prodak yang memiliki nilai jual. kita gak mengerti jalan awal, karena kita ini pertama kali beli goni itu kita gak ngerti mau diapain. Waktu itu, saya diplang kereta balapan itu, melihat kunjungan ada rongsokan itu sekarang udah gak ada sih, udah kena gusur kereta itu, waktu itu hujan deras saya kemudian saya berhenti disitu, saya gak ngerti mau beli apa akhirnya, dan ditanya sama mbanya mau beli apa kok berhentinya di sini, akhirnya saya beli goni mas, 10 lembar waktu itu seharga 80 ribu sudah bayar, pulang sampai dirumah si goni ini saya taru di pojok rumah biar tau mau dijadikan apa, akhirnya 3 bulan berikutnya ada seorang teman yang sering antar payung, akhirnya saya punya alternatif untuk membuat payung dari goni yang sampai sekarang sudah menjadi prodak dari goni. Untuk goni cenderung murah bahan kaku waktu itu kan kita belum ke kulit, dan kulit udah berbeda lagi waktu itu kita murni memakai goni, kemudia pernak-pernik kaya kayu begitu, kemudian alat dan bakunya pun cenderung murah, karena kita butuh gelugahan kaya gitu mungkin dibawah 5 juta ya, itu awalnya memang bena-benar dari nol etnika Indonesia ini Alhamdullillah semua karena Allah. Hampir 100 karena dari 2 tahun mas. Karena dari seizinnya kita juga punyai mimpi besar mungkin itu yang menjadi salah satu dipermudahnya kita, karena mimpi besarnya kita bisa berkarya bersama teman-teman disabilitas. Dan saat kita membuat program gratis untuk teman-teman disabilitas”.
Banyak costumer yang berkunjung ke workshop, setelah datang ke pameran, dan melihat produk Etnic-k. Jangan salah, dari pameran itu, produk Septi sampai, ke seluruh indonesia, bahkan sampai mancanegara, seperti Meksiko dan Belgia.
Dinda, pelanggan menyatakan “Jadi, waktu itu saya pergi ke salah satu pameran di Mojosongo, Solo. Jadi disana saya melihat produk ini dan saya merasa sangat tertarik karena dari segi bahan sangat menarik karena menggunakan bahan-bahan yang apsaikel kaya pakai goni dan itu menurut sangat sustainable. Dari sisi harga sangat terjangkau untuk saya sebagai mahasiswa juga masih bisa effort barangnya efortnable dan kualitasnya bagus”.
Meski nilai limbah goni, jadi begitu meroket, harga produk tetap masuk di kantong kok. Harga beragam kerajinan ini, berkisar dari 35 ribu hingga 350 ribu rupiah saja. Dan yang paling penting, produknya ramah lingkungan.