KULON PROGO – Tanpa menimbulkan kebisingan dan suara yang memekakkan telinga, para pemuda di Padukuhan Bendungan Lor, Wates, Kulon Progo ini memilih untuk membangunkan orang yang hendak sahur dengan kentongan dan lantunan sholawat beserta nyanyian berbahasa Jawa. Tradisi yang disebut “tek-tok” ini selalu dinantikan dan tak pernah mendapatkan protes dari warga.

Sejumlah pemuda di Padukuhan Bendungan Lor, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, memiliki tradisi unik untuk membangunkan warga yang hendak menyantap sahur. Berbeda dengan cara biasa yang menggunakan sound masjid maupun pengeras suara, para pemuda ini berkeliling kampung sejauh 1,5 kilometer dengan memanfaatkan sejumlah kentongan berbagai ukuran yang menghasilkan irama tertentu ketika dibunyikan. Tradisi ini pun telah berlangsung selama bertahun-tahun dan menjadi andalan warga agar bisa bangun ketika waktu sahur tiba.

Sambil melantunkan sholawat dan bernyanyi dalam bahasa Jawa yang berisi ajakan untuk segera melaksanakan sahur, suara kentongan yang khas menambah suasana menjelang subuh dengan harmoni yang tidak memekakkan telinga. Terbukti, tradisi tek-tok ini selalu dinantikan dan tak pernah mendapatkan protes dari warga.

Aktivitas ini telah berlangsung secara turun-temurun di desa ini sejak 2015 silam. Tradisi yang disebut warga sebagai “tek-tok” ini menjadi salah satu andalan warga setempat sebagai penanda untuk segera bangun dari tidur dan menyiapkan menu santap sahur.

Kentongan dipilih sebagai media atau sarana karena suaranya tak terlalu bising, namun tetap bisa didengarkan dari jarak tertentu. Hal ini juga berkaitan dengan fungsi kentongan pada zaman dulu yang dimanfaatkan sebagai pemberi sinyal atau kode untuk memanggil warga pada saat ronda, acara, ataupun peristiwa tertentu.

Bagas, RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *