Dengan terinspirasi dari makanan khas Kulon Progo yaitu gebleg, permainan geblegan dikembangkan sebagai olahraga tradisional oleh Balai Masinglon bekerja sama dengan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Kulon Progo. Permainan ini menjadi salah satu dari lima terbaik dalam Festival Olahraga Tradisional tingkat nasional tahun 2024.
Secara umum, permainan geblegan merepresentasikan proses pembuatan gebleg yang sudah menjadi tradisi masyarakat di kawasan Perbukitan Menoreh. Dengan beberapa modifikasi, seperti variasi bentuk gebleg dan aturan mainnya, permainan ini dapat dikategorikan sebagai olahraga yang memadukan unsur budaya lokal.
Geblegan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari tiga pemain. Setiap pemain memiliki peran spesifik, yaitu pemasok atau pembuat adonan gebleg, penyerang yang bertugas memasukkan gebleg ke target, dan pemantau yang mengawasi tim lawan serta membantu penyerang.
“Alhamdulillah tadi sudah menang di babak penyisihan. Persiapannya tidak lama, hanya beberapa hari untuk tes alat di sini. Kendala utamanya adalah saat membuat gebleg karena proses ulenannya itu cukup berat,” ungkap Novita Sari, salah satu peserta lomba geblegan.
Joko Mursito, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo, menambahkan bahwa hampir semua perangkat daerah (UPD) terlibat dalam kegiatan ini. “Ada partisipasi dari UPD bidang, rumah sakit, hingga kapanewon. Bahkan di Dinas Kesehatan, ada seleksi antar-puskesmas di seluruh Kulon Progo. Ini adalah pertama kalinya kami mengadakan kegiatan ini, dan kami mencoba mengemasnya sebaik mungkin agar para ASN merasa bangga sekaligus bisa bersenang-senang di hari ini,” ujarnya.
Tujuan dari olahraga ini adalah agar kedua tim saling berlomba dengan cepat memasukkan adonan gebleg ke tiang bambu yang menjadi target. Meskipun tampak sederhana, permainan ini membutuhkan kelincahan dan stamina dari para pemain. Pertandingan terdiri dari dua babak dengan durasi masing-masing 10 menit. Jika skor berakhir imbang, akan diadakan babak ketiga sebagai penentuan pemenang.
Bagas, RBTV