Yogyakarta – Beberapa hari sebelum ribuan santri menggelar aksi damai di Mapolda DIY, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pesantren Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden penusukan yang menimpa dua santri Pondok Pesantren Krapyak. Aksi ini menunjukkan solidaritas kuat dan kepedulian terhadap keselamatan santri di wilayah Yogyakarta.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan sebelum aksi, Aliansi BEM Pesantren DIY menegaskan bahwa insiden penganiayaan tersebut bukan hanya sekadar tindakan kekerasan biasa, melainkan mencerminkan masalah sosial yang lebih kompleks. Dugaan sementara menyebutkan bahwa konsumsi minuman keras menjadi salah satu pemicu terjadinya aksi brutal ini.
Aliansi tersebut juga mengingatkan bahwa organisasi masyarakat, termasuk Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), memiliki sikap tegas dalam menolak konsumsi minuman keras dan narkoba yang dapat merusak moral serta mengancam keselamatan masyarakat.
Perwakilan dari Aliansi BEM Pesantren DIY, Ayub Abdullah dari DEMA IQQ An-Nur, menyatakan bahwa mereka menuntut adanya upaya serius dari pihak terkait untuk menekan akses terhadap minuman keras. “Kita meminta pihak-pihak terkait untuk bersama-sama menguatkan masyarakat, baik di Yogyakarta maupun di seluruh Indonesia, agar akses terhadap minuman keras bisa ditekan lebih ketat,” ujarnya.
Aksi ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih peduli terhadap dampak negatif konsumsi minuman keras serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan yang aman dan sehat bagi generasi muda.
Delly, RBTV