Sejak tiga bulan terakhir, harga jual pepaya terpantau anjlok di kisaran 1.000 hingga 1.500 rupiah per kilogramnya. Hal ini pun dikeluhkan para petani, salah satunya seperti yang dirasakan Kasihono, petani pepaya asal Dusun Siliran, Karangsewu, Galur, Kulonprogo.

Menanam pepaya jenis California sebanyak 200 batang di lahan seluas 1.500 meter persegi, ia mengaku hanya mampu mendapat penghasilan sekitar 750 ribu rupiah dalam sekali panen, atau setiap 10 hari sekali.

Pendapatan itu ia dapat dari hasil menjual hasil panen pepaya yang mencapai 5,5 kwintal. Padahal, dengan harga normal 3.000-4.000 per kilogram, semestinya ia bisa mendapatkan hasil minimal sekitar 1,5 juta rupiah per sekali panen. Anjloknya harga jual pepaya hingga 100 persen ini membuat petani harus merugi lantaran tidak bisa menutup biaya operasional yang ada.

“Hasile niku nggeh alhamdulillah cair semua, tapi hargane seng mboten cair. Hargane cuma 1.500. Mandap niki termasuke kirangan niku katah nanem. Sekitar bulan puasa niku pokoke semenjak niki metik cuma 1000-1000, sebelumnya sekitar 3.000. Nggeh operasional niku kan 10 hari metik, 10 niku nggeh penyiraman. Niku mboten cucok,” ujar Kasihono, petani pepaya.

Selain harus mengeluarkan biaya modal yang tidak sedikit untuk membeli bibit serta pengolahan lahan, para petani pepaya seperti Kasihono juga harus mengeluarkan biaya perawatan rutin setiap harinya.

Salah satunya biaya untuk membeli bahan bakar mesin diesel untuk keperluan penyiraman yang bisa mencapai 20-25 ribu rupiah per hari. Jumlah itu belum termasuk biaya untuk membeli pestisida hingga pupuk tanaman.

Bagas, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *