Gunungkidul- Seorang ibu di Gunungkidul, bernama Nurul Hidayah Isnaiyah, warga Desa Siraman, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, melaporkan seorang dokter spesialis OBGYN Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya ke Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas dugaan malpraktik yang menyebabkan anak keduanya mengalami kelumpuhan pada tangan kiri.

Nurul menyampaikan bahwa selama hamil anak kedua ini, pemeriksaan awal kehamilan hingga persalinan dia lakukan di RSIA Allaudya sebanyak tujuh kali. Pihaknya memilih rumah sakit tersebut karena hanya di rumah sakit tersebut terdapat dokter perempuannya.

Sejak pertengahan hamil anak kedua ini, Nurul Hidayah Isnaiyah mengaku mengalami perbedaan dengan kehamilan pertama, mulai dari berat badan yang naik drastis hingga dirinya menduga bahwa sang bayi merupakan bayi besar. Namun, pemeriksaan hasil ultrasonografi menunjukkan pertumbuhan taksiran berat janin relatif normal.

Hingga pada awal April 2023 lalu, Nurul dibawa ke Rumah Sakit Ibu Anak Wonosari untuk proses persalinan. Di tengah proses persalinan inilah, Nurul meminta kepada pihak rumah sakit agar dilakukan operasi caesar. Namun, oleh pihak rumah sakit hal tersebut tidak dilakukan dan justru dilakukan persalinan normal.

Pihak rumah sakit pun lantas melakukan vakum tanpa informed consent yang dapat ditandatangani suaminya. Kekhawatiran Nurul pun terbukti, bayi yang dikandungnya merupakan bayi besar dengan kondisi berat bayi baru lahir sebesar 4,8 kilogram dan panjang 52 sentimeter.

Kecurigaan Nurul semakin bertambah ketika setelah proses persalinan, dirinya tidak dapat melihat sang buah hati dengan informasi awal adanya pemeriksaan dan observasi lanjutan karena kondisi bayi besar.

Barulah beberapa waktu kemudian, dokter menyampaikan kepada pihak keluarga bahwa dampak proses persalinan pada saat bahu bayi coba dilahirkan, terjadi distosia bahu dan tidak ada gerakan lengan sebelah kiri bayi.

Atas kejadian inilah, Nurul melaporkan hal tersebut ke MKDKI atas dugaan malpraktik.

“Nah satu jam kemudian, dua jam kemudian, kok gak dikasih ke saya bayinya. Kan, harusnya saya menyusui dini sejam setelah lahir. Katanya, karena bayinya ibu dipakaikan oksigen jadi tidak bisa langsung dikasih ke sini. Mungkin saya terima, karena tadi lahirnya sesak. Kemudian, kita curiga dong, dua jam kemudian kok tetap tidak dikasihkan ke kita, kita tidak dipindahkan ke ruangan tindakan. Nah, suami saya datang ke dekat bayinya, difoto tapi kok tangannya cuma satu yang ditampakkan. Jadi, tangan satu di-blebet, satu lagi bebas, tapi kami mikirnya yang tangan satu dipasang infus mungkin jadi di-blebet dan dibiarkan bebas yang satunya. Kemudian, saya ke kamar mandi dan kembali ke ruangan bayi saya, sekitar jam 12. Lalu, pada jam setengah 4 itu dokter spesialis anak baru datang dan memeriksa anak saya. Kemudian, saya diberi tahu anak saya lahir dengan berat 4,857 gram, hampir 5 kg, itu lahir secara normal. Jadi, pada saat itu kita sudah shock dengan berat seperti itu, kemudian diberi tahu lagi tangan kiri anak saya tidak bisa gerak,” ungkap Nurul Hidayah Isnaiyah, Orang Tua.

Nurul pun sudah berupaya maksimal dalam memberi kesehatan bagi sang buah hati. Berbagai pengobatan dan juga penanganan terus dilakukan selama 1 tahun belakangan sampai Nurul dan suami terpaksa menjual rumah dan juga mobilnya untuk berobat agar tangan kiri sang anak kedua bisa kembali normal.

—–

Agung, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *