Sebagai bentuk rasa syukur atas kelimpahan hasil panen di musim tanam pertama, Dusun Taruban, Senotolo, Kulonprogo, menggelar acara bersih desa yang di ikuti seluruh warga. Selain mengarak gunungan berisi hasil numi, mereka juga menggelar serangkaian ritual adat lainnya. Termasuk prosesi pembakaran ogoh-ogoh yang merupakan simboliasasi kejahatan, marahabaya dan sifat buruk manusia.
Seperti inilah suasana puncak acara bersih desa yang di gelar warga Dusun Taruban, Kalurahan Tuksono, Kapanewon Sentolo, Kulonprogo. Ratusan warga nampak antusias menyaksikan prosesi pembakaran ogoh-ogoh yang merupakan rangkaian ritual adat di desa mereka. Sebelum di bakar, ogoh-ogoh yang merupakan simboliasasi kejahatan, marabahaya dan sifat manusia itu. Di arak keliling kampung Bersama sejumlah gunungan berisi hasil bumi, hasil panen, serta sejumlah uborampe lainnya.
Di mulai dari kediaman sesepuh dusun, warga memulai kirab untuk mengambil air suci di senadang desa. Lalu di lanjutkan berjalan kakimenuju makan leluhur. Sebelum masuk ke area makam inilah warga melakukan prosesi pembakaran ogoh-ogoh berbentuk setan gendruwo setinggi hampir 3 meter. Lewat berbagai prosesi adat inilah warga Dusun taruban menunjukan rasa syukurnya pada Tuhan Yang Maha Esa, atas kelimpahan hasil panen di musim tanam pertama. Sekaligus memohon agar di berikan kelancaran, kemudahan, serta kelimpahan hasil panen, di musim tanam berikutnya.
“Pembakatan ogoh-ogoh mungkin menghilangkan malabahaya yang ada di sini. Untuk bisa membersihkan dan memberikan rejeki yang lebih, ke kami warga masyarakat.” Siti Aisyah selaku Dukuh Taruban Wetan.
“Sebagai pewujudan rasa syukur dari warga masyakarat atas apa yang di berikan kepada tuhan Yang Maha Esa selama ini. Dan kemudian kita berharap ada tradisi yang sudah di laksanakan ini bisa kemajuan di masyarakat.” Jelas Zainuri sebagai Lurah Tuksono.
Sesuai melakukan prosesi pembakaran ogoh-ogoh, warga Bersama para tetua adat, sesepuh desa, hingga seluruh tokoh masyarakat. Lantas melanjutkan prosesi rangkaian acara bersih desa dengan ziarah ke makam leluhur yang di percaya sebagaic cikal bakal atau pendiri Desa Taruban. Di makam ini warga nampak menyempatkan diri mendoakan para leluhur sebelum akhirnya melanjutkan ritual dengan menggelar kenduri Agung di rumah Kepala Dusun secara Bersama-sama.
“Karena harapannya untuk ciri khas yang seni-seni ada keanekaragaman jika bisa di fasilitasi akan berkembang lebih. Jadi setiap desa, kami harap mempunyai ciri khas terkait tentang adat. Syukur syukur ini memang sudah mentradisi seperti ini.” Ucap Eka Prayata selaku Kepala Dinas kebudayaan Kulonprogo.
Bagas, RBTV.