Di balik gelar kota pelajar yang melekat pada provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Harus di akui bahwa hak pendidikan masih belum merata, terutama bagi mereka yang termarjinalkan. Namun, masih ada harapan dengan adanya Komunitas Sekolah Marjinal (KSM). Yang dengan sukarela membantu anak-anak kampung pemulung di Kledokan, Babarsari, Sleman, DIY (sebelum di gusur) untuk merasakan pendidikan. Sesuai dengan visi dan misi KSM, komunitas ini ingin mengembalikan anak-anak jalanan agar dapat merasakan sekolah. Baik itu secara formal maupun nonformal. Selain itu, KSM juga memfokuskan pemerataan hak untuk anak-anak marjinal, yaitu hak pendidikan, hak kesehatan, dan hak kependudukan.
Di lansir dari Kompas.com, di Pulau Jawa khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi. DIY memiliki tingkat kemiskinan sebesar 11,49% dengan jumlah penduduk mencapai 463.630 jiwa. Salah satu dampak kemiskinan paling nyata adalah adanya kampung pemulung Kledokan, yang ternyata terdapat banyak abak-anak kecil di dalamnya. Mereka harus tinggal dan berbaur dengan orang-orang marjinal yang cenderung keras, seperti preman. Tentu tempat tersebut menjadi sangat tidak ramah untuk anak-anak di bawah umur. Mirisnya, anak-anak sama sekali tidak bisa merasakan hak pendidikan, hak kesehatan, dan hak kependudukan seperti anak-anak pada umumnya.
Program Pendidikan KSM
Komunitas Sekolah Marjinal (KSM) sendiri berdiri pada tahun 2019. KSM memiliki beberapa program pendidikan yang di terapkan untuk mengajar anak-anak marjinal di Glendongan.
Pertama, ada program kembali sekolah. Bagi anak-anak yang sama sekali belum sekolah nantinya akan di persiapkan hingga siap untuk masuk ke sekolah formal. Kemudian ada juga kerjasama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), tetapi belum berjalan. PKBM ini di peruntukkan untuk anak-anak yang putus sekolah. Sistem pembelajaran akan di laksanakan secara online. Setelah siap, nantinya anak akan di masukkan ke PKBM sehingga bisa mendapatkan ijazah.
Kedua, program SM dan SH. SM adalah sekolah khusus untuk kaum marjinal yang di jadwalkan setiap senin sampai kamis. Sedangkan SH, berlangsung setiap hari sabtu. SH hadir saat masa pandemi covid-19 atau pasca learning loss, di mana ada banyak anak-anak yang berhenti sekolah kemudian KSM membuka kelas di sana. Namun, karena saat ini kebanyakan dari mereka sudah kembali sekolah lagi, KSM hanya berfokus pada perkembangan karakter dan kreativitas saja.
Ketiga, kelas inspirasi dengan cara mengundang orang-orang dari berbagai profesi, seperti dokter gigi, dalang, penari, pemadam kebakaran, dan lainnya. Tujuannya adalah untuk memberi pelajaran dan gambaran secara langsung bahwa di masa depan nanti, mereka juga memilki kesempatan untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan cita-cita. “Jadi biar anak-anak tuh tau, kalau nanti kalian juga bisa buat memilih pekerjaan yang sesuai sama cita-cita kalian,” jelas Ivana.
Kemudian ada juga outing class yang pendekatannya lebih kepada pemberian reward seperti mengunjungi museum, pusat oleh-oleh, dan kebun binatang. “Kalau outing class kita lebih ke reward sih, sebenarnya. Karena kan mereka udah belajar di sini,” pungkasnya.