Peresmian Kelompok Bermain Gantari yang berada di bawah Unit Pendidikan, Pusat Rehabilitasi Yakkum, di lakukan oleh Dinas Pendidikan Sleman. Lembaga pendidikan ini di harapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan pendidikan inklusif, mengingat di Yogyakarta masih cukup terbatas.

Kepala Bagian HRD Pusat Rehabilitasi Yakkum, Isti Lanjari mengatakan, pembelajaran dan pendidikan bagi anak disabilitas memang memerlukan keahlian khusus. Inilah yang menyebabkan jenis pendidikan ini masih sedikit.

“Jadi memang pendidikan inklusi memang masih sangat terbatas dan terkait dengan SDM juga terbatas. Karena kebutuhan untuk mendampingi anak dengan disabilitas itu memang butuh SDM yang lebih. Misalnya anak yang non disabilitas itu, 5 anak bisa di tangani oleh 1 orang guru. Tapi bagi anak disabilitas ini tidak bisa,” ujar Kepala Bagian HRD Pusat Rehabilitasi Yakkum, Isti Lanjari.

Isti berharap dengan adanya Kelompok Bermain Gantari, masyarakat semakin terbuka dan anak dipahamkan dengan perbedaan dan mengerti tentang berbagi. Sekaligus memupus stigma anak disabilitas itu menular.

Ketua Departemen Pendidikan Luar Biasa UNY, Doktor Sukinah mengungkapkan, di Yogyakarta perguruan tinggi yang mencetak pendidikan luar biasa. Memang masih terbatas. Namun demikian saat ini mereka yang berpendidikan umum di berikan peningkatan kompetensi tambahan. Terkait dengan peserta didik berkebutuhan khusus.

“Untuk konteks SDM, di Yogyakarta ini memang perguruan tinggi yang mencetak atau meluluskan dari pendidikan luar biasa saat ini baru 2 perguruan tinggi. Salah satunya adalah UNY dengan pendidikan luar biasa. Untuk itu keterbatasan ini di atasi dengan peningkatan kompetensi pada teman-teman non pendidikan luar biasa. Kompetensi tambahan bagaimana mengenal peserta didik berkebutuhan khusus dalam hal implementasi. Salah satunya adalah penyandang disabilitas,” ujar Ketua Departemen Pendidikan Luar Biasa UNY, Dr. Sukinah.

“Cukup memotivasi untuk sebagai salah satu jalan untuk menyekolahkan anak di sekolah inklusi. Karena cacat itu tidak menular, mereka hanya lahir dengan bentuk yang berbeda. Kalau pemikiran dan pola pikirnya sama dengan anak-anak pada umumnya,” ujar Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus, Weldian Cicana.

Kegiatan yang dikemas dalam ngabuburit bareng gantari ini juga menampilkan talkshow yang menghadirkan dokter spesialis anak, psikolog anak. Akademisi sekolah inklusif dan testimoni dari orang tua anak berkebutuhan khusus.

Widi, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *