Kalurahan Banjarasri, Kalibawang, Kulon Progo, meninggalkan bekas Sejarah tentang perjuangan para pahlawan dalam peristiwa serangan umum 1 Maret, di Yogyakarta. Kalurahan ini menjadi tempat persembunyian Abdul Haris Nasution, dalam penyusunan strategi dalam peristiwa tersebut.
Kalurahan Banjarasri, Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo, menjadi saksi bisu tentang perjuangan para pahlawan dalam peristiwa penting serangan umum 1 Maret, di Yogyakarta. Di Kalurahan ini, pernah menjadi tempat singgah A.H. Nasution, untuk Menyusun strategi dalam menunjukan eksistensi bahwa Indonesia masih ada dihadapan dunia.
Lurah Banjarasri, Mardi Santoso, membenarkan hal tersebut. Serangan selama 1 jam di Kota Baru, merupakan hasil dari penyusunan strategi oleh A.H. Nasution, yang sedang bersembunyi di Kalurahan tersebut.
“Negara yang ibukota di Yogyakarta itu menyusun strateginya, itu yang di Boro yang dikumandangi oleh Abdul Haris Nasution. Waktu itu, tempat tinggal nya pak Abdul Haris Nasution ditempat mba Niti di Boro, itu di dekat Watu Keker.” Ungkap Mardi Santoso, Lurah Banjarasri
Untuk mengawasi jalannya pasukan Gerilya yang sedang berjuang di Yogyakarta, Kalurahan Banjarasri menjadi lokasi yang sangat strategis. Diatas batu alam yang diberi nama Watu Keker, intel A.H. Nasution bisa mendapatkan informasi tentang apa yang sedang terjadi diluar persembunyiannya.
“Intinya, saat ingin melihat musuh dari mana dapat kelihatan, pada saat perang zaman dulu. Biasanya yang melakukan itu adalah pak Nasution dan beberapa bawahannya. Daerah yang dapat dilihat bisa sampai Sentolo, tepatnya di daerah pasar Sentolo, dan wilayah Kedungan.” Ungkap Mustoyo, warga setempat
Inilah bentuk rumah yang menjadi tempat persembunyian A.H. Nasution, dalam Menyusun strategi serangan umum 1 Maret. Walaupun sudah dipindah dari lokasi aslinya. Namun masih terdapat bagian yang sama persis dengan saat masih menjadi tempat persembunyian. Dukuh desa Boro, Hendrika Heni Mardiastuti mengatakan, pihak desa akan membuat wisata Sejarah mengenai bangunan tersebut.
“Karena sudah beberapa tahun yang lalu, dari pada ngambruk karena melihat kondisi lalu sudah diganti oeh pak Mustoyo. Kalau untuk kedepannya rumah ini bisa diabadikan, dalam arti ini menjadi sejarah.” Ungkap Hendrika Heni Mardiastuti, Dukuh Boro
Bagas, RBTV.