Kepala Dinas Kesehatan (DINKES) Kabupaten Sleman, yaitu Dokter Cahya Purnama menjelaskan tentang survei pengukuran stunting di Sleman saat ini menyasar 55.213 balita dengan jumlah 48.957 balita yang terpantau. Hasilnya yaitu terdapat sejumlah balita stunting di Bumi Sembada pada rentang usia 0-59 bulan menurut Puskemas di tahun 2023 sebanyak 2.208 balita atau 4,51 persen.
Cahya mengatakan, yang tidak kalah penting dalam upaya penanggulangan stunting adalah edukasi mengenai pola asuh anak. Sebab, menurut cahya stunting tidak identik dengan kemiskinan. Persentasi penyebab kasus stunting cukup banyak di Kabupaten Sleman justru karena pola asuh yang keliru.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Dokter Cahya Purnama mengatakan juga, “Pola asuh terhadap pemberian makanan protein yang mungkin kebanyakan stunting ini tidak karena miskin tapi karena pola asuh yang kurang dan dikatakan ada 90 persen. Itu memang kebanyakan karena pola asuhnya yang keliru, ini yang harus kita benarkan. Pola asuh yang salah itu pemberian makanan, anak-anak kalau dikasih nasi ya karbohidrat sudah kenyang, padahal ngga seperti itu, itu hanya menjadikan gemuk dan melebar. Tapi kalau mau tinggi itu harus protein yaitu telur, ikan,ayam nah itu dia pasti akan naik tingginya, nah pola asuh seperti itu. Karena kebanyakan anak kalau di lepas makannya yang junkfood yang tidak ada proteinnya, tidak ada gizi kalorinya.” Ujarnya.
Sementara itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyampaikan bahwa dirinya akan terus berupaya agar angka stunting di Kabupaten Sleman terus menurun melalui kerjasama dengan semua pihak. Dirinya juga memberikan contoh Kalurahan Sidoluhur, Godean yang menjadi Kalurahan bebas stunting di Kabupaten Sleman.
“Insyaallah kedepan kita terus berusaha semaksimal mungkin terus-menerus supaya bisa . dan selamat kepada Kalurahan Sidoluhur yang mendapat penghargaan dari pusat yaitu Stunting Award yaitu disana bebas stunting dulu.” Ujar Kustini Sri Purnomo selaku Bupati Sleman.
Widi, RBTV