YOGYAKARTA – Kecewa dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batas usia capres dan cawapres yang terus menuai protes, sejumlah aktivis 98 dan seniman di Yogyakarta memberi kritik tajam atas keputusan Mahkamah Konstitusi dalam bentuk kolaborasi pementasan ketoprak tobong yang diikuti oleh 30 seniman dan aktivis, dalam pementasan tersebut menceritakan secara satir drama yang terjadi di Mahkamah Konstitusi hingga detik-detik keputusan ketua Mahkamah Konstitusi yang membuat sejumlah Hakim Konstitusi tidak satu suara. Pemilihan kata ‘kongkalikong’ ini memberikan gambaran bahwa keputusan yang dihasilkan oleh Mahkamah Konstitusi terkait batas usia capres-cawapres sudah direkayasa dan di seting oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan.
Widihasto Wasana Putro selaku Pimpinan Produksi mengatakan, “Kami mengambil diksi Mahkamah Kongkalikong, kongkalikong itu adalah salah satu istilah yang merujuk, memiliki pengertian sesuatu yang direkayasa sesuatu yang diseting oleh pihak yang memiliki kepentingan atas itu, kita tau bahwa ada konflik kepentingan yang sangat kuat didalam tubuh Mahkamah Konstitusi sendiri ada hubungan relasi kepentingan. Konflik interes antara Ketua Mahkamah Konstitusi dengan salah satu pasangan dari calon presiden dan calon wakil presiden sehingga patut diduga keputusan untuk mengeluarkan keputusan Mahkamah Konstitusi itu sarat dengan kepentingan nepotisme untuk meloloskan kepentingan tertentu yang akan berkontestasi dalam pilpres, apalagi sidang ini dilakukan ketika persis tahapan pemilu berlangsung.”
Pentas ketoprak tobong yang berdurasi satu jam ini disutradarai seniman jogja, Nano Asmaradono sekaligus penulis naskah. Lewat pementasan ketoprak ‘Mahkamah Kongkalikong’ ini berharap keputusan Mahkamah Konstitusi yang akan dikeluarkan bersifat adil sehingga dapat memenuhi harapan masyarakat.
Agung Ristiono, RBTV.