SOLO- Inilah ritual upacara keagamaan, bernama sembahyang King Hoo Ping. Umat Khonghucu menyiapkan kapal besar, yang terbuat dari kertas. Bahtera berukuran panjang 3,5 meter tersebut, kemudian nantinya akan dibakar.
Terdapat juga beragam makanan, sebagai bagian dari prosesi sembahyang. Mereka juga menuliskan nama para leluhur, yang terpajang di lokasi sembahyang.
Sembahyang yang diikuti puluhan orang umat Khonghucu, di Kota Solo ini, merupakan ritual memberikan doa bagi para leluhur. Mereka percaya, pada saat itu leluhur mereka diberi kesempatan turun ke dunia menengok sanak keluarga.
Adjie Chandra, pemimpin sembahyang menyatakan “ Bulan 7 Imlek adalah bulan sembahyang menjelang akhir tahun untuk roh leluhur. Nah, itu dilaksanakan tanggal lima belas bulan tujuh. Tempat ini disebut King Hoo Ping. King itu penghormat Ping itu tempat. Leluhur kami kan Pak Yak-Yang vegetarian, maka tarian sebelah ini tidak ada dagingnya. Yang di sana yang umum.”
Upacara sembahyang King Hoo Ping, digelar setiap bulan 7, penanggalan Imlek, atau sekitar bulan 8 atau 9, pada penanggalan Masehi. Sembahyang ini juga dipercaya sebagai pendidikan etika moral dan budi pekerti, khususnya bagi generasi muda.
Rizki Budi Pratama, RBTV.