Mahasiswa Indonesia terbukti mampu memiliki karya yang membanggakan dan mampu bersaing di dunia Internasional. Salah satunya karya berupa film “Battle Of Surabaya” yang mendapat 40 penghargaan dunia. Hal ini disampaikan oleh rektor Universitas Amikom Yogyakarta, Profesor M Suyanto, saat dialog kebangsaan di ruang cinema belum lama ini. Lebih lanjut Profesor Suyanto meyakini, mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta akan terus berkarya yang membanggakan Indonesia.

Prof. M Suyanto, Rektor Univ. Amikom Yogyakarta Menyatakan “Para pemuda juga, seperti di emasnya Amikom adalah kebanggaan Indonesia. Kita juga sudah membuktikan film kita Battle Of Surabaya mendapat 40 penghargaan. Sangat membanggakan Indonesia, menang di Amerika, menang di berbagai penjuru dunia, menang di Inggris, menang di Itali, menang di 40 negara, luar biasa. Itu namanya membanggakan Indonesia. Dialog ini bagaimana kita, mempunyai karya yang bisa membanggakan Indonesia.”

Hal senada juga disampaikan Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa. Menurutnya maju tidaknya negara Indonesia akan ditentukan oleh anak muda saat ini. Dirinya mendorong kepada para mahasiswa untuk berpikir secara kreatif, berkreasi sesuai kemampuannya agar bisa mengisi dunia, tanpa meninggalkan kultur dan budaya.

Danang Maharsa, Wakil Bupati Sleman Menyatakan “Dimanapun saya kalau berbicara dengan orang muda itu pasti senang. Karena apa,15, 20, atau 10 tahun lagi, Indonesia itu, tongkat estafet kepemimpinan itu ada di panjenengan. Maju tidaknya bangsa itu nanti ada di jenengan loh, kalau jenengan semau gue, sekarang seenaknya sendiri ya sudah, gak bisa nanti menikmati, gak bisa nanti bisa mengisi negara ini dengan kemajuan-kemajuan apapun, termasuk bersaing dengan luar negeri.”

Sementara itu, Kapolda DIY Irjen Suwondo Nainggolan berpesan agar anak muda bisa mengisi masa mudanya dengan menjadi pelajar yang baik. Ia juga mengingatkan agar anak muda berkarya dan berbuat yang baik untuk negaranya.

Ikut dalam diskusi ini, akademisi dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fachruddin Faiz, serta Peneliti Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gadjah Mada Diasma Sandi Swandaru.

Kadir, RBTV.

By Erin RS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *