Yogyakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ternyata telah mengeluarkan peringatan dini beberapa hari sebelum banjir bandang dan tanah longsor melanda tiga provinsi di Sumatra — yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Fenomena cuaca ekstrem tersebut diduga kuat dipicu oleh anomali siklon yang melintasi daratan serta tingginya curah hujan di kawasan Bukit Barisan.

Sebelum bencana terjadi, tercatat ratusan titik longsor muncul di wilayah Bukit Barisan akibat aktivitas seismik berupa puluhan kali gempa bumi kecil dengan kekuatan sekitar 3 Skala Richter. Meski tidak dirasakan manusia, getaran-getaran tersebut cukup memicu pergerakan tanah di kawasan perbukitan yang memiliki lereng curam dan tanah lempung.

Menurut data, wilayah Bukit Barisan merupakan kawasan rawan karena struktur tanahnya yang mudah jenuh air. Dengan curah hujan 50 milimeter saja, potensi banjir sudah tinggi — terlebih saat kejadian baru-baru ini, curah hujan mencapai lebih dari 300 milimeter.

Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa terdapat pola anomali sebelum bencana terjadi. Menurutnya, anomali siklon menjadi tanda awal karena siklon yang biasanya terbentuk di laut kini terpantau melintas hingga ke daratan, memperparah intensitas hujan.

“Sebelum banjir besar, muncul anomali siklon yang tidak biasa. Siklon ini tidak hanya di lautan, tetapi juga melintas di wilayah darat, dan itu memperkuat potensi hujan ekstrem,” ujar Prof. Dwikorita.

Sementara itu, Dr. Hatma Suryatmojo, pakar kehutanan UGM, menegaskan bahwa curah hujan 50 milimeter saja sudah cukup untuk memicu banjir di kawasan tersebut, mengingat ekosistem hutan di lereng Bukit Barisan kini semakin rentan.

“Dengan kondisi ekosistem seperti sekarang, hujan intensitas sedang saja sudah bisa menyebabkan banjir. Apalagi dengan hujan ekstrem di atas 300 milimeter,” jelasnya.

Para ahli sepakat, langkah mitigasi dan penguatan sistem peringatan dini harus menjadi prioritas untuk mencegah korban dan kerugian di masa depan, terutama di wilayah dengan karakteristik geografis rawan bencana seperti Bukit Barisan.

Widi | RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *