KULON PROGO – Alvian Saraswita (28), seorang guru honorer murni di SD Negeri Pripih 1, Kokap, Kulon Progo, telah mengabdikan dirinya lebih dari dua tahun di sekolah dasar yang berada di wilayah terpencil perbukitan Menoreh, tepat di perbatasan Kulon Progo dan Purworejo. Setiap bulan, Saras hanya menerima honor sebesar Rp300 ribu, yang dikumpulkan dari hasil menyisihkan sebagian gaji guru PNS dan kepala sekolah.
Meski penghasilannya sangat kecil, Saras tetap berangkat mengajar dari pagi hingga sore layaknya guru PNS lainnya. Ia bahkan harus meninggalkan anaknya yang baru berusia 22 bulan di rumah untuk diasuh oleh mertuanya.
Di sekolah, Saras mengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) untuk siswa kelas I hingga kelas VI. Ia direkrut pihak sekolah untuk mengisi kekosongan formasi guru, bahkan sempat ditugaskan menjadi guru kelas karena tidak adanya guru PNS di SDN Pripih 1.
Alvian Saraswita, Guru Honorer, mengatakan bahwa ia tetap ikhlas menjalani tugasnya meski menerima honor terbatas. Mengajar adalah panggilan hatinya sekaligus cita-cita sejak kecil. Ia juga teringat pesan ayahnya agar memanfaatkan ijazah PGSD yang ia miliki untuk membantu memajukan pendidikan di Indonesia, meski kini ia telah menikah dan berkeluarga.
Bagi sekolah kecil dan terpencil seperti SDN Pripih 1, keberadaan Saras sangat berarti dalam menjaga keberlangsungan proses belajar mengajar. Dedikasi dan pengorbanannya membuat pihak sekolah berupaya mempertahankannya sebagai tenaga pengajar.
Mujiasih, Kepala Sekolah SDN Pripih 1, menyampaikan bahwa Saras adalah sosok yang sangat dibutuhkan sekolah, terutama karena keterbatasan tenaga pendidik di wilayah tersebut.
Bagas – RBTV
