Sleman — Kawasan Asia Tenggara belakangan menjadi episentrum meningkatnya serangan siber. Kondisi ini dinilai dipicu oleh ketimpangan kualitas pendidikan, sehingga inovasi teknologi kecerdasan buatan tidak berkembang optimal dan akhirnya dimanfaatkan pelaku kejahatan siber.

Serangan siber yang menyasar negara-negara ASEAN mayoritas menargetkan aplikasi berbasis pemerintahan, layanan kesehatan, pendidikan, hingga perbankan. Tingginya jumlah pengguna perangkat digital di kawasan ini tidak diimbangi dengan sistem keamanan siber yang memadai. Situasi tersebut menjadikan ASEAN sebagai sasaran empuk bagi penjahat dunia maya.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Stella Christie, menjelaskan bahwa ketertinggalan kualitas pendidikan di era kecerdasan buatan menjadi salah satu faktor utama maraknya serangan siber. Minimnya inovasi teknologi turut memperbesar kerentanan, termasuk di Indonesia.

“Peningkatan kualitas pendidikan di era kecerdasan buatan sangat diperlukan agar inovasi teknologi dapat berkembang. Kemajuan ini diyakini mampu menarik minat investor dan berdampak pada pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah,” ujar Stella Christie.

Pemerintah berharap peningkatan kualitas pendidikan, terutama yang berkaitan dengan teknologi digital, dapat memperkuat ketahanan siber nasional sekaligus mendukung perkembangan ekonomi berbasis inovasi.

Bagas – RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *