Solo – Prosesi pemakaman Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, telah selesai dilaksanakan di Kota Solo, Jawa Tengah. Jenazah raja dikirab dari Keraton Surakarta menuju Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Surakarta, sebelum diberangkatkan ke peristirahatan terakhir di Makam Raja-Raja Mataram Islam, Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kirab jenazah sang raja menjadi momen bersejarah dan penuh makna. Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, jenazah raja keluar melalui Bangsal Magangan atau pintu selatan kompleks keraton, melewati Alun-Alun Selatan hingga Gapura Selatan. Rute ini memiliki filosofi mendalam: menggambarkan perjalanan hidup manusia, dari kelahiran hingga kematian.
Sepanjang kirab, jenazah diiringi oleh keluarga, abdi dalem, prajurit, serta kerabat keraton. Tradisi khas seperti udik-udik (penyebaran uang koin dan bunga) turut dilaksanakan, menandai penghormatan terakhir kepada raja. Namun berbeda dari kirab perayaan, kali ini suasana hening. Tak ada tepuk tangan penonton—hanya lantunan ayat suci Al-Qur’an yang mengiringi perjalanan terakhir Sri Susuhunan Pakubuwono XIII.
Salah satu warga kompleks keraton, Yuliana, mengungkapkan rasa duka mendalam.
“Rasanya seperti kehilangan sosok panutan. Beliau sangat dekat dengan masyarakat,” ujarnya lirih.
Hal serupa disampaikan Aleva Mahya, warga asal Bandung, yang sengaja datang untuk memberikan penghormatan terakhir.
“Kami datang dari jauh karena menghormati beliau sebagai simbol budaya dan kebesaran Jawa,” tuturnya.
Dari Loji Gandrung, jenazah diberangkatkan menuju kompleks makam Imogiri, tempat peristirahatan para raja Mataram Islam, termasuk raja-raja Kasunanan Surakarta.
Kepergian Sri Susuhunan Pakubuwono XIII meninggalkan duka mendalam bagi warga Surakarta dan masyarakat luas. Ia dikenang sebagai sosok yang bijaksana, menjaga nilai-nilai tradisi dan kehormatan budaya Jawa hingga akhir hayatnya.
Selamat jalan, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII.
Semoga damai di persemayaman terakhir.
Rizki Budi Pratama – RBTV
