Yogyakarta – Memasuki musim pancaroba, persoalan penumpukan sampah di sejumlah depo Kota Yogyakarta menjadi perhatian banyak pihak. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY menyampaikan kekhawatirannya bahwa masalah ini dapat berdampak negatif pada kenyamanan wisatawan dan menurunkan tingkat okupansi hotel jika tidak segera ditangani.
Gunungan sampah yang terlihat di berbagai depo kota dipicu oleh keterbatasan daya tampung akibat pembatasan pembuangan sampah ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul. Akibatnya, tumpukan sampah semakin meluas dan menimbulkan bau tak sedap yang mengganggu kenyamanan warga maupun wisatawan.
PHRI DIY menilai situasi ini berpotensi merusak citra pariwisata Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata utama di Indonesia. Meski demikian, pihaknya tetap berupaya berkontribusi dalam pengelolaan sampah. Salah satu upayanya adalah mendorong hotel dan restoran untuk mengelola sampah secara mandiri atau menjalin kerja sama dengan pihak ketiga dalam pengelolaannya.
Selain itu, program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) juga diarahkan untuk membantu lingkungan sekitar, antara lain melalui pengadaan lubang biopori dan edukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, menyampaikan bahwa permasalahan sampah di Kota Yogyakarta memerlukan penanganan yang berkelanjutan dan melibatkan kolaborasi dari berbagai pihak.
“Masalah sampah ini tidak bisa diselesaikan sendiri oleh pemerintah. Butuh kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk menjaga citra Yogyakarta sebagai kota wisata yang bersih dan nyaman,” ujarnya.
Reporter: Agung
Sumber: RBTV