Gunungkidul – Tradisi budaya Bukaan Cupu Panjala di Kalurahan Girisekar, Gunungkidul, kembali digelar pada Senin malam (29/9). Dalam prosesi sakral ini, sebanyak 31 gambar muncul di kain putih penutup cupu, yang oleh masyarakat dipercaya sebagai pertanda perjalanan kehidupan selama satu tahun ke depan.

Ritual pembukaan Cupu Kyai Panjala merupakan tradisi turun-temurun yang selalu diselenggarakan pada bulan Sapar, tepatnya di hari Selasa Kliwon. Prosesi dimulai sejak pukul sebelas malam dan berlangsung hingga dini hari. Juru kunci Cupu Panjala, Ki Medi Suminarno, memimpin jalannya upacara, didampingi oleh para keturunan Kyai Panjala.

Tahun ini, tradisi yang digelar di Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang, mencatatkan sejarah baru. Untuk pertama kalinya dalam 400 tahun terakhir, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih dan Wakil Bupati Joko Parwoto hadir langsung menyaksikan prosesi tersebut.

Dari pembukaan cupu, terlihat 31 gambar muncul di kain putih penutup cupu, antara lain ayam jantan, peta Pulau Sumatera, wayang Narodo, Petruk, hingga Kayon Jejeg. Bagi masyarakat, simbol-simbol ini bukan sekadar gambar, melainkan pertanda spiritual yang diyakini merefleksikan kondisi sosial dan arah kehidupan masyarakat dalam satu tahun ke depan.

Sutarpan, Lurah Girisekar, mengatakan bahwa kehadiran tokoh-tokoh penting daerah serta wisatawan dari luar negeri menjadi nilai tambah yang memperkuat eksistensi tradisi ini sebagai warisan budaya.

Keunikan lain dalam prosesi tahun ini adalah kehadiran wisatawan mancanegara. Mereka datang khusus untuk menyaksikan secara langsung kearifan lokal yang jarang dijumpai di negara asal mereka.

Zhou Youxu, wisatawan asal Taiwan mengatakan,

“Kami sangat menghargai kesempatan ini, karena budaya adat seperti Cupu Panjola sangat berharga. Tradisi semacam ini sudah banyak menghilang di dunia. Dengan ikut menyaksikan, kami ingin memahami bagaimana masyarakat Indonesia sangat menghormati warisan budaya ini.”

Florence Lam, wisatawan asal Hong Kong, menambahkan,

“Ini pertama kalinya kami datang ke Indonesia dan kami sangat terinspirasi oleh kekayaan budaya kolektif di Jogja dan Gunungkidul. Tradisi ini memperlihatkan bagaimana masyarakat saling mendukung, sesuatu yang sangat berarti bagi kami.”

Kehadiran pimpinan daerah dan wisatawan mancanegara menunjukkan bahwa tradisi Cupu Panjala tidak hanya memiliki nilai religius, tetapi juga daya tarik sebagai wisata budaya. Masyarakat setempat berharap, tradisi ini terus terjaga sebagai warisan budaya tak benda asli Gunungkidul yang harus dilestarikan lintas generasi.

Penulis: Agung – RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *