Kulon Progo —
Tingginya intensitas curah hujan yang mengguyur wilayah Kabupaten Kulon Progo dalam beberapa hari terakhir berdampak besar terhadap sektor pertanian, khususnya tanaman cabai. Di Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, sedikitnya 28 hektare lahan pertanian cabai mengalami gagal panen akibat terendam air hujan.
Kerusakan parah terjadi di kawasan Bulak Pepen, Giripeni. Mayoritas tanaman cabai yang usianya masih di bawah dua bulan tidak mampu bertahan. Daun tanaman banyak yang rontok, batang menjadi layu dan terkulai, serta akar mengalami pembusukan hingga tidak dapat tumbuh kembali.
Petani Merugi hingga Jutaan Rupiah
Wakil Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Penirejo Giripeni, Parwoto, mengatakan puluhan petani terdampak dan mengalami kerugian karena gagal panen. Ia sendiri menanam cabai di lahan seluas 2.000 meter persegi dan mengaku kehilangan modal sebesar Rp4 hingga Rp5 juta.
“Modal itu untuk beli bibit, olah lahan, tanam, pupuk, pestisida, dan perawatan. Semua hilang karena banjir hujan,” ujar Parwoto.
Meski mengalami kerugian besar, para petani hanya bisa pasrah. Mereka berharap kejadian serupa tidak terulang kembali pada musim tanam berikutnya dan berharap adanya dukungan dari pemerintah, baik berupa bantuan benih, pendampingan, maupun antisipasi terhadap dampak perubahan cuaca ekstrem.
Kondisi ini menjadi perhatian penting, mengingat cabai merupakan salah satu komoditas utama yang cukup sensitif terhadap perubahan cuaca dan memiliki nilai ekonomi tinggi bagi petani lokal.
Bagas, melaporkan untuk RBTV.