Kaesang Menghadiri Peringatan Malam Satu Suro Bersama Sang Istri, Erina Gudono. Putra bungsu Presiden Joko Widodo tersebut mengikuti Topo Bisu, atau prosesi tanpa bicara, saat mengelilingi kompleks Pura Mangkunegaran. Kirab Malam 1 Suro diadakan di Pura Mangkunegaran oleh Kaesang Pangarep dan Erina Gudono.
Di Solo, acara ini merupakan bagian dari tradisi tahunan untuk menyambut Tahun Baru Jawa, atau 1 Suro. Kirab ini melibatkan prosesi sakral yang disebut “topi bisu”, di mana peserta berjalan secara diam-diam untuk mencapai kebebasan batin dari nafsu dan emosi mereka serta mendapatkan keseimbangan batin.
Berbeda dari biasanya, rute kirab pusaka ini melewati Jalan Utama Slamet Riyadi dan kawasan Ngarsopuro. Selain Topo Bisu, para peserta juga wajib tanpa alas kaki. Usai mengikuti kirab, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia tersebut tak berkomentar banyak terkait keikutsertaannya dalam tradisi Malam Satu Suro di Pura Mangkunegaran.
Acara ini diikuti oleh banyak tokoh penting dan masyarakat umum, menciptakan suasana yang penuh makna dan refleksi. Kirab pusaka ini memiliki rute yang berbeda dari biasanya, kali ini melewati Jalan Utama Slamet Riyadi dan kawasan Ngarsopuro. Peserta kirab, selain melakukan tapa bisu, juga diharuskan berjalan tanpa alas kaki, menambah kekhusyukan dan kesakralan prosesi. Kaesang Pangarep, sebagai putra bungsu Presiden Joko Widodo, dan istrinya, Erina Gudono, turut merasakan makna mendalam dari acara ini.
Setelah kirab, Kaesang yang juga Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, tidak memberikan banyak komentar tentang partisipasinya. Ini menunjukkan bahwa acara tersebut bukan hanya tentang kehadiran fisik, tetapi juga tentang pencapaian keseimbangan batin dan spiritual.
“Alhamdulillah lancar,” ungkap Kaesang Pangarep, Ketum PSI.
Diketahui, Resepsi pernikahan Kaesang dan Erina pada tahun 2022 juga diadakan di Pura Mangkunegaran, memperlihatkan hubungan mereka yang erat dengan tradisi dan budaya Jawa. Sebelum pernikahan, mereka menjalani serangkaian tradisi, termasuk ziarah ke makam para penguasa Mangkunegaran, yang menunjukkan penghormatan mereka terhadap leluhur dan tradisi yang ada.
—–
Rizki Budi Pratama, RBTV.