
BANTUL – Pengelolaan sampah yang baik dinilai sangat krusial untuk mengendalikan produksi sampah harian agar tidak menimbulkan persoalan baru di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satu langkah strategis yang perlu segera digencarkan adalah kampanye penggunaan komposter di tingkat rumah tangga.
Pemerhati persampahan DIY sekaligus praktisi pengelolaan sampah, Bayu Imamtoko, menyoroti bahwa permasalahan sampah saat ini tidak hanya berkutat pada kebijakan pemerintah daerah yang belum tersosialisasi secara merata. Menurutnya, terdapat kelemahan signifikan dalam penerapan regulasi yang sudah ada, seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 yang mengatur tata kelola Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) secara ketat.
Kesadaran Masyarakat Lebih Penting dari Teknologi
Pendiri Resikplus, Bayu Imamtoko menegaskan bahwa tantangan utama di DIY bukanlah keterbatasan peralatan atau teknologi tinggi. Masalah mendasarnya adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah.
Bayu menjelaskan bahwa pemilahan antara sisa makanan (organik) dan sampah kemasan (anorganik) adalah kunci efektivitas pengolahan. Jika sampah sudah terpilah sejak dari sumbernya, maka teknologi pengelolaan sampah yang ada dapat berfungsi jauh lebih optimal.
Inovasi Edukasi dan Cara Sederhana
Sebagai solusi praktis, masyarakat didorong untuk melakukan pemilahan dengan cara yang sederhana di rumah, antara lain mengolah sisa makanan menggunakan komposter dan memanfaatkan metode Losida (Lodong Sisa Dapur).

“Bila pemerintah Yogyakarta tidak bisa menyelesaikan masalah bau tersebut secara cepat maka apapun teknologinya akan mangkrak.” Tutur Bayu
Lebih lanjut, Bayu mendorong pemerintah kabupaten dan kota di seluruh DIY untuk terus meningkatkan sosialisasi serta menciptakan inovasi edukasi agar pesan mengenai pentingnya memilah sampah dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Reporter : Delly RBTV
Penulis Naskah : Luna
