
BANDUNG – Rombongan Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan kunjungan kerja ke Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) di kawasan Braga, Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (12/12/2025). Kunjungan ini dilaksanakan untuk menelusuri jejak sejarah sekaligus mendalami semangat perjuangan para pendiri bangsa dalam melawan penjajahan dunia.
Napak Tilas Jalur Delegasi KAA
Kegiatan dimulai dengan prosesi jalan kaki dari Grand Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka, rute yang persis dilalui oleh para delegasi dunia pada saat konferensi tahun 1955 silam. Gedung Merdeka sendiri merupakan lokasi utama pelaksanaan KAA yang kini telah menjadi kompleks museum.
Di dalam museum, para anggota dewan mengunjungi ruang auditorium utama yang masih mempertahankan tatanan asli kursi dan meja peserta konferensi. Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto, menyampaikan bahwa rombongan berkesempatan duduk di kursi jati tua asli yang digunakan peserta KAA pada masa itu.

”Seperti napak tilas, kami melewati rute yang persis dilakukan oleh para peserta konferensi Asia-Afrika dulu. Kami bisa membayangkan hadir dalam konferensi itu,” ujar Eko Suwanto pascakunjungan.
Penguatan Nilai Pancasila dan Literasi Sejarah

Eko Suwanto menekankan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari upaya “sinau” sejarah dan penguatan nilai-nilai Pancasila. Ia berharap para wakil rakyat dapat mengambil spirit perjuangan pendahulu untuk diimplementasikan dalam menghadapi tantangan zaman saat ini, termasuk komitmen menyejahterakan rakyat DIY dan melawan segala bentuk diskriminasi.
Lebih lanjut, Eko mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY untuk segera membangun “living museum” atau monumen pengumpulan arsip sejarah perjuangan yang ada di Yogyakarta. Hal ini dinilai penting untuk menyelamatkan sejarah Indonesia bagi generasi mendatang.
”Diperlukan aspek kejujuran dalam mencatat sejarah. Jangan ada hegemoni sejarah yang memutarbalikkan fakta,” tandasnya. Eko juga mengajak masyarakat untuk terus menyuarakan kemerdekaan Palestina sebagai bagian dari komitmen berbangsa yang berakar dari spirit KAA 1955.
Pelestarian Nilai Dasasila Bandung
Kepala Seksi Publikasi dan Promosi Museum Asia Afrika, Christoforus Katon Harguno, menjelaskan bahwa museum ini didirikan pada tahun 1980 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto untuk melestarikan semangat KAA. Ia memaparkan sejarah konferensi yang dihadiri oleh 29 negara dan menghasilkan Dasasila Bandung.

”Dasasila Bandung berisi tentang penghormatan hak asasi manusia (HAM), kesetaraan, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama antarnegara,” jelas Katon.
Dalam sesi edukasi selama 60 menit tersebut, Katon juga mengisahkan pidato legendaris Presiden Soekarno berjudul “Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru” yang menekankan pentingnya solidaritas antarnegara dalam melawan kolonialisme. Koleksi foto, dokumen, serta arsip asli saat konferensi berlangsung turut diperlihatkan kepada rombongan untuk memperdalam pemahaman sejarah.
Reporter : Agung RBTV
Penulis Naskah : LUNA
