Di tengah maraknya konten “challenge makan pedas” dan kebiasaan berburu kuliner ekstrem, makanan pedas semakin menjadi bagian dari gaya hidup banyak orang. Sensasi berkeringat, kepedasan yang “nagih”, sampai rasa puas setelah menaklukkan level tertinggi membuat banyak orang terus mencari hidangan pedas sebagai pelengkap hari. Namun, di balik kenikmatannya, kebiasaan mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan dapat memengaruhi kesehatan tanpa disadari.
Mengapa Makanan Pedas Begitu Digemari?
Kandungan capsaicin pada cabai memberikan sensasi panas yang merangsang tubuh melepas endorfin. Ini pula yang membuat banyak orang merasa lebih segar, bersemangat, bahkan senang setelah makan pedas. Tidak sedikit pula yang menjadikan makanan pedas sebagai cara mengurangi stres karena sensasinya dianggap “melepaskan ketegangan”.
Namun, konsumsi yang terlalu sering atau melebihi toleransi tubuh justru dapat memicu sejumlah gangguan, terutama pada pencernaan.
Dampak yang Sering Diabaikan
Beberapa gejala yang kerap muncul akibat kebiasaan makan pedas antara lain:
- Perut terasa panas dan kembung setelah menyantap hidangan bersambal atau berlevel pedas tinggi.
- Asam lambung naik, ditandai rasa perih di dada atau tenggorokan.
- Gangguan buang air besar, seperti diare atau sensasi terbakar.
- Iritasi pada lambung, terutama bila dikonsumsi saat perut kosong.
Kondisi tersebut sering dianggap sepele karena munculnya tidak langsung atau hanya sesekali. Padahal, bila dibiarkan terus-menerus, bisa berdampak lebih serius.
Bagaimana Mengatur Konsumsi Pedas dengan Bijak?
Agar tetap bisa menikmati makanan pedas tanpa harus menanggung risikonya, beberapa langkah sederhana dapat diterapkan:
- Kenali batas toleransi tubuh. Jangan terpancing tren atau tantangan level pedas bila tubuh mudah bereaksi negatif.
- Selingi dengan makanan penyeimbang, seperti sayur, nasi, atau sumber protein yang tidak pedas.
- Hindari makan pedas saat perut kosong, karena dapat memicu iritasi dan asam lambung.
- Minum air atau susu setelah makan pedas untuk mengurangi sensasi panas.
- Perhatikan frekuensi, jangan menjadikan makanan pedas sebagai menu harian bila tubuh sering bereaksi.
Kunci Utama: Dengarkan Tubuh
Setiap orang memiliki toleransi pedas yang berbeda. Ada yang bisa makan cabai rawit tanpa masalah, ada pula yang langsung merasakan perih hanya dengan sedikit sambal. Yang terpenting ialah memahami sinyal tubuh dan tidak memaksakan diri demi tren atau sekadar hiburan. Menikmati makanan pedas tetap boleh, asalkan secara wajar dan tidak merugikan kesehatan.
Armelia Lestari
