Sleman – Dusun Beji, Kalurahan Sidoarum, Kapanewon Godean, Sleman, dikenal luas sebagai Kampung Blangkon, sebuah sentra kerajinan yang telah bertahan sejak masa pendudukan Jepang. Hingga kini, blangkon produksi Beji dipercaya Keraton Yogyakarta dan diminati masyarakat dari berbagai daerah hingga mancanegara.

Kesuksesan sentra blangkon ini tidak lepas dari sosok almarhum Sumoprawiro, perintis kerajinan blangkon sejak era Jepang. Tradisi tersebut kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya, salah satunya Muhammad Khoirudin, yang sudah menggeluti profesi ini sejak tahun 1965.

Blangkon Beji dikenal memiliki kualitas tinggi. Keraton Yogyakarta telah menjadi pelanggan tetap sejak masa Sri Sultan HB IX. Bahkan, Keraton pernah memesan 1.500 blangkon untuk abdi dalem. Pemesanan juga datang dari publik figur, seperti 275 blangkon untuk suvenir pernikahan Raffi Ahmad.

Tak hanya di dalam negeri, hasil karya para perajin Beji telah menembus pasar Kalimantan, Malaysia, Jepang, hingga Suriname.

“Kami menjaga pakem dan kualitas blangkon gaya Yogyakarta Mataram. Itulah yang membuat pelanggan tetap percaya,” ungkap Khoirudin, perajin blangkon Beji.

Saat ini terdapat lebih dari 14 perajin aktif yang memproduksi blangkon dengan harga beragam, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung bahan dan tingkat kerumitan pembuatannya.

“Sekarang pemasaran terbantu lewat penjualan daring, tapi regenerasi masih sangat minim. Blangkon Beji juga belum memiliki perlindungan Hak Kekayaan Intelektual,” tambah Khoirudin.

Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Koperasi UKM sebenarnya telah menyediakan kuota pendaftaran Hak Kekayaan Inteletual (HKI) secara gratis, dan diharapkan dapat dimanfaatkan para perajin untuk melindungi identitas serta warisan budaya mereka.

Widi / RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *