Yogyakarta – Kementerian Agama bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menggelar program Indonesian Interfaith Scholarship (IIS) 2025, yang diikuti oleh sepuluh delegasi asal Austria. Melalui program ini, para peserta mendalami praktik kerukunan umat beragama dan kekayaan budaya Indonesia, khususnya di Yogyakarta.
Selama berada di Yogyakarta, para delegasi mengikuti serangkaian kegiatan yang memperkenalkan harmoni sosial dan keberagaman budaya. Mereka memulai kunjungan di Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, kemudian melanjutkan perjalanan ke Keraton Yogyakarta untuk mempelajari arsitektur Jawa, melihat koleksi museum, serta menyaksikan pertunjukan tari tradisional.
Rangkaian kegiatan berlanjut di Pondok Pesantren Bumi Cendekia, di mana para delegasi Austria berinteraksi langsung dengan para santri, mengamati kegiatan belajar mengajar, hingga mencoba menulis aksara Arab Pegon.
“Kehadiran delegasi Austria menjadi kabar baik dari Indonesia untuk dunia. Ini menunjukkan bahwa praktik kerukunan antarumat beragama di Indonesia nyata dan bisa dijadikan contoh,” ujar Ahmad Bahiej, Kepala Kanwil Kementerian Agama DIY.
Sementara itu, Alexander Rieger, Head of the Task Force Dialogue of Cultures and Religions Austria, mengapresiasi pengalaman yang didapat selama program.
“Indonesia tidak hanya berbicara tentang toleransi, tetapi benar-benar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Rieger.
Program IIS 2025 yang berlangsung pada 12–20 November ini menjadi langkah konkret Kementerian Agama dalam mewujudkan Asta Protas, terutama dalam upaya internasionalisasi nilai toleransi Indonesia ke dunia.
Melalui kegiatan ini, diharapkan lahir pemahaman lebih mendalam tentang praktik kerukunan yang hidup dan mengakar di masyarakat Indonesia.
Agung | RBTV
