Dalam beberapa tahun terakhir, istilah wellness holistik semakin sering terdengar di kalangan generasi muda Indonesia. Gaya hidup ini menekankan keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa, bukan sekadar menjaga kebugaran fisik. Fenomena ini muncul sebagai bentuk kesadaran baru terhadap pentingnya kesehatan mental di tengah tekanan hidup modern yang serba cepat.

Dari Gaya Hidup ke Kebutuhan

Jika dulu olahraga dan pola makan sehat dianggap cukup untuk menjaga kebugaran, kini banyak anak muda menyadari bahwa kesejahteraan tidak berhenti di sana. Mereka mulai memperhatikan aspek emosi, pikiran, bahkan spiritualitas dalam rutinitas harian. Aktivitas seperti meditasi, journaling, yoga, hingga terapi napas menjadi bagian dari gaya hidup yang semakin populer.

Menurut psikolog klinis di Jakarta, dr. Maya Andini, M.Psi., tren ini menunjukkan perubahan pola pikir yang positif. “Banyak anak muda mulai memahami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Mereka mencari cara untuk hidup seimbang, bukan hanya sekadar sibuk mengejar produktivitas,” ujarnya.

Lonjakan Aktivitas Wellness di Perkotaan

Di berbagai kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung, kini muncul banyak komunitas yang mengusung konsep wellness holistik. Beberapa di antaranya rutin mengadakan kelas meditasi, sound healing, dan pelatihan kesadaran diri. Tak hanya itu, tempat-tempat seperti kafe, studio seni, hingga ruang publik mulai menyediakan zona tenang untuk refleksi dan relaksasi.

Salah satu peserta kelas meditasi di Yogyakarta, Ayu (25), mengaku menemukan ketenangan setelah rutin mengikuti kegiatan tersebut. “Awalnya saya ikut karena stres kerja. Tapi lama-lama saya merasa lebih fokus, tidur lebih nyenyak, dan emosi lebih stabil,” katanya.

Dampak Positif terhadap Kesehatan Mental

Gaya hidup wellness holistik terbukti membawa dampak nyata terhadap kesehatan mental. Banyak praktisi menyebut bahwa kebiasaan sederhana seperti menulis jurnal perasaan, berjalan di alam, atau melakukan digital detox mampu menurunkan kadar stres dan meningkatkan rasa syukur.

Beberapa sekolah dan perusahaan bahkan mulai memasukkan kegiatan wellness dalam program mereka. Tujuannya sederhana: menciptakan lingkungan yang lebih sehat, produktif, dan manusiawi. Dengan cara ini, kesejahteraan mental tidak lagi dianggap sebagai urusan pribadi, melainkan tanggung jawab bersama.

Menjadi Gaya Hidup Masa Depan

Fenomena wellness holistik menunjukkan bahwa generasi muda kini lebih sadar akan pentingnya merawat diri secara menyeluruh. Mereka tidak hanya ingin “sehat”, tetapi juga “utuh” — selaras antara tubuh, pikiran, dan perasaan.

Dalam dunia yang semakin kompetitif dan padat informasi, tren ini menjadi pengingat bahwa melambat, bernapas, dan mengenali diri sendiri adalah bentuk perlawanan paling damai terhadap stres modern. Gaya hidup ini bukan sekadar tren sementara, tetapi arah baru menuju kesejahteraan yang lebih manusiawi dan berkelanjutan.

Armelia Lestari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *