Pernahkah Anda menguap hanya karena membaca kata “menguap”? Fenomena ini bukan kebetulan—menguap adalah salah satu perilaku paling menular di dunia. Bahkan anjing bisa tertular menguap dari pemiliknya!
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan mengira menguap berfungsi untuk meningkatkan asupan oksigen. Namun, riset modern membantah teori lama tersebut. Penelitian terkini mengungkap bahwa menguap sebenarnya berperan sebagai mekanisme pendingin otak. Ketika otak mengalami kenaikan suhu, menguap membantu menurunkan temperatur melalui proses pertukaran panas dengan udara dingin yang terhirup dalam-dalam. Studi pada tikus menunjukkan suhu otak turun sekitar 0,3-0,4°C setelah menguap.
Yang menarik, penelitian di Vienna dan Arizona menemukan bahwa frekuensi menguap berubah sesuai musim—lebih sering di musim dingin daripada musim panas yang sangat panas, karena udara ekstrem tidak efektif untuk mendinginkan otak.
Lalu mengapa menguap menular? Jawabannya terletak pada empati dan sistem mirror neurons di otak kita. Sel-sel khusus ini “meniru” tindakan yang kita amati, mengaktifkan area otak yang sama seolah kita sendiri yang melakukannya. Penelitian dengan fMRI menunjukkan bahwa melihat orang menguap mengaktifkan inferior frontal gyrus, bagian dari sistem mirror neurons yang terkait dengan empati motorik.
Tingkat “ketularan” menguap bisa mengukur empati seseorang. Orang yang lebih empatik cenderung lebih mudah tertular menguap. Sebaliknya, individu dengan autisme atau skizofrenia yang kesulitan dalam empati sosial menunjukkan respons yang lebih rendah terhadap menguap menular.
Menariknya, bayi di bawah usia 4 tahun tidak tertular menguap—kemampuan ini berkembang bersamaan dengan “theory of mind,” yaitu kemampuan memahami bahwa orang lain memiliki pikiran dan perasaan berbeda.
Jadi, kalau Anda ikut menguap saat teman menguap, itu bukan hanya refleks sederhana—itu tanda bahwa sistem empati Anda bekerja dengan baik!
Sirfah Aulia Ardita