Gunungkidul – Selama puluhan tahun, putul dikenal sebagai kuliner musiman yang hanya muncul di awal musim hujan. Baru-baru ini, serangga kecil ini kembali menggegerkan media sosial setelah seorang siswa Gunungkidul membawanya sebagai bekal makan siang. Bagi sebagian orang, mungkin ini terdengar ekstrem. Namun bagi masyarakat lokal, putul adalah rezeki yang dinanti sekaligus bagian dari tradisi berburu bersama yang masih lestari hingga kini.

Saat hujan pertama turun dan malam mulai datang, warga Kalurahan Banaran, Kapanewon Playen, berbondong-bondong menuju kawasan hutan. Mereka membawa senter, botol bekas, toples, hingga ember kecil. Tujuannya yaitu berburu putul. Serangga ini hanya muncul di awal musim hujan dan bersembunyi di balik semak-semak serta daun-daunan rendah. Meski berukuran kecil dan sulit dilihat, warga dengan pengalaman bertahun-tahun dapat menemukannya dengan mudah. Putul biasanya menempel diam di daun, membuatnya lebih mudah ditangkap jika tahu cara mencarinya.

Menurut Rusdiyanto, warga Banaran, berburu putul sudah menjadi kebiasaan turun-temurun.

“Enggak butuh waktu lama, botol yang kami bawa sudah penuh. Kadang ada yang bisa bawa pulang satu toples besar,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa satu botol berisi 1,5 liter putul bisa dijual hingga Rp70.000. “Tapi bagi keluarga kami, putul bukan soal harga. Ini makanan spesial yang cuma ada setahun sekali.”

Putul tidak hanya bernilai dari sisi budaya dan ekonomi, tetapi juga dari sisi gizi. Serangga ini diketahui mengandung protein tinggi, lemak tak jenuh, serta kitin yang baik untuk sistem pencernaan. Namun demikian, para ahli gizi mengingatkan bahwa tidak semua orang cocok mengonsumsinya. Kandungan protein dalam serangga tertentu dapat memicu reaksi alergi, terutama pada individu yang sensitif. Karena itu, bagi yang baru pertama kali mencicipinya, disarankan untuk mencoba dalam jumlah kecil terlebih dahulu.

Di tengah gempuran kuliner modern dan makanan cepat saji, keberadaan putul menunjukkan bahwa warisan lokal masih tetap hidup dan dihargai. Tradisi berburu bersama ini tidak hanya menghadirkan cita rasa khas musim hujan, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga. Di balik tubuh kecilnya, putul menyimpan cerita tentang alam, budaya, dan kebersamaan yang tetap bertahan dari generasi ke generasi.

Penulis: Agung | RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *